BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Atletik merupakan cabang olahraga yang
terdiri atas gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan,
lari, lompat dan lempar. Bila dilihat dari arti atau istilah “Atletik” berasal
dari bahasa Yunani yaitu Athlon atau Athlum yang
berarti “lomba atau perlombaan/pertandingan’. Amerika dan sebagian Eropa dan Asia sering
memakai istilah atletik dengan Track and
Field dan Negara Jerman memakai kata Leicht
Athletik dan Negara Belanda memakai istilah Ahtletiek. Atletik merupakan
cabang olahraga yang
tertua dan juga merupakan induk atau ibu
dari semua cabang olahraga. Gerakan- gerakan di dalam atletik merupakan dasar dari cabang olahraga-olahraga
yang lain, seperti: berjalan, berlari, melompat dan melempar, ini semua telah
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian dari pendidikan
nasional, yang pengajarannya hanya mengajarkan kemampuan gerak dasar
dari keterampilan dasar olahraga. Dalam pelaksanaannya olahraga
atletik justru lebih sering dilakukan
dibandingkan dengan olahraga
permainan seperti sepak bola, basket, voli, renang, bulutangkis, tenis
dan lain-lain. Pendidikan jasmani mengutamakan pengembangan keterampilan gerak
yang menyeluruh. Salah satu proses pendidikan jasmani melalui atletik. Salah
satu nomor atletik, nomor sprint
100 meter termasuk
dalam nomor atletik. Lari
100 meter
disukai banyak siswa
karena mudah dilakukan.
lari banyak
digunakan dalam berbagai macam olahraga antara lain sepak
bola, bulutangkis, dan bola voli. Semua cabang olahraga itu
memerlukan gerak dasar lari.
Lari bergerak maju kedepan yang
dialakukan dengan cepat, karena adanya gaya
dorongan ke belakang terhadap tanah yang dilakukan dengan mengais. Untuk
mencapai kecepatan tinggi diperlukan power tungkai. Pada saat mendorong tanah tungkai harus benar
kuat, sehingga gaya dorongan ke belakang yang dihasilkan juga besar. Gaya yang dihasilkan diubah menjadi gerakan
maju dengan kecepatan gerak yang tinggi.
Hal ini berarti makin cepat gerakan tungkai yang diayunkan kedepan secara bergantian.
Jadi dalam power sudah terdapat kekuatan dan kecepatan
yang dibutuhkan saat lari. Kecepatan lari dipengaruhi oleh power dan jangkauan
gerak, atas suatu keseimbangan antara frekuensi dan panjang langkah kaki
(Margono, 2002 : 10).
Anggota tubuh yang dominan digunakan dalam lari adalah tungkai. Kemampuan lari
sprint ditentukan oleh panjang langkah
dan frekuensi langkah yang
diantaranya dihasilkan oleh ukuran tungkai seseorang. Pelari yang mempunyai tungkai lebih panjang,
dalam berlari lebih cepat dari pada yang ukuran tungkainya lebih pendek. Ukuran
tungkai yang panjang dalam berlari akan menghasilkan panjang langkah yang panjang.
Pelari saat berlari gerakan kedua lengan
selalu berlawanan arah
dengan gerakan kaki yang sejajar. Gerakan lengan dimaksudkan untuk
mengimbangi gerakan panggul saat berlari. Ayunan lengan kebelakang yang
kuat dapat menyebabkan kaki mampu melangkah lebih jauh.
Pelari yang mempunyai power tungkai dan power lengan yang kuat mampu berlari
lebih maksimal. Pada akhirnya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai jarak 100
meter semakin sedikit.
Keoptimalan berlari sebagian kecil
tergantung pada ukuran proporsi fisik dan kemampuan biomotor terhadap kemampun
lari. Siswa dalam berlari lebih cepat, jika proporsi fisik dan kemampuan biomotor baik. Siswa yang
memiliki power tungkai kuat dan lengan
yang kuat serta ukuran tungkai yang panjang mempunyai keuntungan, sehingga
waktu tempuh yang dibutuhkan sedikit. Namun, ini
bukanlah suatu perbaikan cepat, karena
memerlukan proses, komitmen dan latihan. Hal ini menjadi tantangan bagi
para guru pendidikan jasmani khususnya untuk mengembangkan kemampuan fisik
peserta didik, sehingga akan mampu mengembangkan potensi tiap siswa.
Siswa SMP N 1 Bantul mempunyai perbedaan
proporsi fisik. Dimana siswa memiliki berat badan dan tinggi badan yang
berbeda-beda. Disamping itu juga bila
dilihat dari berat badan akan dijumpai anak yang gemuk dan kurus. Perbedaan itu juga pada tinggi
badan. Setiap siswa memiliki ukuran tubuh yang berbeda. Orang yang bebadan
gemuk dan pendek dalam berlari waktu tempuhnya kurang baik.
Dalam berlari panjang langkah tiap anak
berbeda. Hal ini bisa dilihat dari jangkauan langkahnya ada yang panjang
ada pula
yang
pendek. Frekuensi langkah
dalam berlari juga bervariasi. Frekuensi
langkah merupakan banyaknya langkah dalam menempuh jarak 100 meter. Jumlah
frekuensi langkah ada yang
banyak ada yang sedikit. Siswa saat berlari memiliki frekuensi langkah
yang banyak tetapi jangkauan
langkahnya pendek. Kadang ditemui beberapa kasus bila dalam berlari
tidak dalam urutan pertama (menjadi juara) mereka menyerah hal ini menyebabkan
konsisten dalam kecepatan berlari menjadi berkurang.
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, banyak faktor yang mempengaruhi
kemampuan lari 100 meter, diantaranya
power tungkai, panjang tungkai
dan power lengan . Peneliti akan mengungkap besarnya hubungan yang diberikan oleh power tungkai, panjang
tungkai, power lengan dengan kecepatan lari 100 meter pada siswa SMP N 1 Bantul.
B.
Identifikasi Masalah
1.
Proporsi fisik siswa berbeda-beda.
2.
Belum diketahui hubungan antara
power tungkai dengan kemampuan lari sprint 100
M.
3.
Belum diketahui hubungan antara
panjang tungkai dengan kemampuan lari sprint 100 M.
4.
Belum diketahui hubungan antara
power lengan dengan kemampuan lari sprint 100
M.
5. Belum diketahui hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan
power lengan dengan kemampuan lari sprint 100
M.
C.
Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan
identifikasi masalah di atas serta
adanya keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan
kemampuan peneliti maka
dalam penelitian ini perlu kiranya diberikan pembatasan
permasalahan. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi tentang hubungan
antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan dengan kecepatan lari
100 meter siswa SMP Negeri 1 Bantul.
D.
Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah tersebut, maka
dalam skripsi ini dapat dirumuskan masalah “Seberapa besar hubungan antara power
tungkai, panjang tungkai dan
power lengan terhadap kecepatan
lari 100 meter di SMP N 1 Bantul ?”
E. Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang
disampaikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui hubungan
antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan terhadap kecepatan
lari 100 meter di SMP N 1 Bantul.
F. Manfaat
Hasil penelitian ini diharpkan dapat memberikan manfaat :
1. Secara teoritis, dapat memberikan pengetahuan dan membuktikan ada
tidaknya hubungan power tungkai, panjang tungkai, power lengan dengan kecepatan
lari 100 meter di SMP N 1 Bantul, sehingga dapat digunakan sebagai kajian dalam
peningkatan kemampuan lari 100 meter.
2. Secara praktis :
a.
Bagi guru penjas dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Guru
penjas diharapkan dalam
pengajaran akan didasarkan pada kemampuan siswa.
Diharapkan dengan mengetahui kemampuan fisik, guru penjas mampu
mengembangkan potensi setiap siswa.
b.
Bagi siswa, lebih mengupayakan
peningkatan prestasi optimal dalam cabang olahraga atletik khususnya lari sprint.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Hakekat lari sprint 100 meter
a. Definisi Lari
Lari didefenisikan sebagai gerakan tubuh
dimana pada suatu saat semua kaki
tidak menginjak tanah. Lari adalah gerakan tubuh dimana kedua kaki ada saat
melayang di udara (kedua telapak kaki
lepas dari tanah) yang mana lari diartikan berbeda dengan jalan yang selalu
kontak dengan tanah. (Yoyo Bahagia, 2000:11). Lari adalah langkah terus menerus dan ada saat melayang (Satriani, 2011). Lari adalah lompatan
yang berturut-turut. Didalamnya terdapat suatu fase dimana kedua kaki tidak
menginjak atau menumpang pada tanah, jadi lari ini
berbeda dengan berjalan. (Yusuf Adisasmita, 1992)
Jadi lari merupakan gerakan tubuh pada saat semua kaki tidak menginjak
tanah (ada saat melayang di udara),
berbeda dengan jalan
yang salah satu kaki harus tetap ada yang kontak dengan tanah.
Urutan gerak dalam berlari bila dilihat
dari tahapan-tahapannya adalah tahap topang depan dan satu tahap dorong, serta
tahap melayang yang terdiri atas tahap ayun ke
depan dan satu tahap pemulihan atau recovery. Tahap topang (Support Phase),
pada tahap ini bertujuan
untuk memperkecil menghambatan saat sentuh tanah
dan memaksimalkan dorongan ke depan. Tahap melayang (Flying Phase),
pada tahap ini bertujuan untuk memaksimalkan dorongan ke depan dan
untuk mempersiapkan suatu penempatan kaki yang efektif saat
sentuh tanah. Bila dilihat dari sifat-sifat teknis pada tahap ini adalah lutut
kaki ayun bergerak ke depan dan keatas (untuk meluruskan dorongan dan menambah
panjang langkah)
b.
Lari Sprint 100 Meter
Lari sprint
100 meter merupakan nomor lari jarak pendek, dimana pelari harus berlari
dengan sekencang-kencangnya dalam jarak
100 meter. Kunci pertama yang
harus dikuasai oleh pelari cepat atau spint adalah start atau pertolakan.
Keterlambatan atau ketidaktelitian pada waktu
melakukan start sangat merugikan seorang pelari cepat atau sprinter. Oleh sebab itu, cara melakukan
start yang baik harus benar- benar
diperhatikan dan dipelajari serta dilatih secermat mungkin.
Kebutuhan utama untuk lari jarak pendek
adalah kecepatan horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan ke depan.
Kecepatan dalam lari jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan halus lancar
dan efisien dan sangat dibutuhkan bagi
pelari untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi. Menurut Yoyo Bahagia dkk (2000:12) didukung Eddy Purnomo (2007:30)
Kecepatan lari adalah hasil kali dari panjang langkah dan frekuensi langkah.
Hal ini berarti, apabila seorang
pelari memiliki langkah yang panjang
atau frekuensi langkah yang cepat maka akan diperoleh kecepatan lari yang baik,
apalagi seorang pelari memiliki
kedua-duanya. Oleh karena itu, seorang pelari jarak pendek
harus dapat meningkatkan satu atau kedua-duanya.
Seorang pelari jarak pendek (sprinter)
yang potensial bila dilihat dari
komposisi atau susunan serabut otot, persentase serabut otot cepat (fast
twitch) lebih besar atau tinggi dibandingkan dengan serabut otot lambat (slow twitch).
Lari jarak pendek bila dilihat dari tahap-tahap
berlari terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1) Start atau saat ada aba-aba (reaksi dan dorongan)
2) Percepatan (perubahan dari lambat ke
cepat)
3) Kecepatan (perubahan dari yang cepat ke yang konstan atau tetap)
4) Penurunan atau perlambatan
apabila digambarkan adalah sebagai berikut : 3)
2) 4)
1)
finish
Gambar 1. Tahap lari jarak pendek
Sumber : http://ws-or.blogspot.com/2011/04/lari-jarak-pendek.html
Menurut Gerry A Carr (2000: 35-36) mengemukakan bahwa
teknik sprint adalah sebagai berikut:
1) Pelurusan kaki dan lutut yang diangkat hingga horizontal
2)
Berlari dengan ujung kaki dengan
tubuh condong ke depan
3)
Pelemasan otot tangan dan wajah
4)
Garis pandangan tetap lurus
5) Posisi dan gerakan tangan (ditahan pada sudut 90 derajat pada siku dan
diayunkan ke depan dan belakang ke arah lari)
6) Rileks atau jangan tegang, ketegangan akan merugikan pelari karena
mengeluarkan energy atau membatasi aksi otot
dan gerak anggota tubuh lainnya. (panggul, leher, bahu, muka dan tangan).
7)
Koordinasi tingkat tinggi dari
gerakan tubuh keseluruhan.
Dalam perlombaan atletik lari jarak
pendek banyak peraturan yang mengikat. Peraturan atletik adalah
seperangkat aturan yang digunakan untuk menyelenggarakan kejuaraan atletik,
mengatur mekanismenya serta membatasi atau menentukan siapa saja yang boleh turut
serta di dalamnya dan bagaimana
hasil-hasil perlombaan itu dapat diakui dan syah sebagai suatu rekor, baik secara nasional
maupun internasional. Untuk kejuaran- kejuaraan resmi tingkat internasional
peraturan yang berlaku adalah peraturan
yang dikeluarkan oleh International Athletic
Amateur Federation ( IAAF ), yaitu badan resmi untuk olahraga
atletik. Sedangkan untuk nasional, peraturan yang berlaku adalah peraturan yang
dikeluarkan oleh PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), yaitu badan resmi
atletik di Indonesia. Untuk peraturan
dalam lari Antara lain :
1) Start dan finish
Kunci pertama yang harus dikuasai oleh
pelari cepat atau spint adalah start atau pertolakan. Keterlambatan
atau ketidaktelitian pada waktu melakukan start sangat merugikan
seorang pelari cepat atau sprinter, karena akan
mempengaruhi hasil akhir kecepatan berlari. Oleh sebab itu, reaksi dan cara
melakukan start yang baik harus benar-benar diperhatikan dan dipelajari serta
dilatih secermat mungkin.
Start adalah suatu persiapan awal
seorang pelari akan melakukan gerakan berlari. Untuk lari jarak pendek start
yang dipakai adalah start jongkok (crouch
start). Alat yang digunakan sebagai tempat start dalam lari jarak pendek disebut start blok. Ada 3 macam penempatan start blok, dan
penempatannya disesuaikan dengan postur tubuh,
yaitu:
a) Start jongkok pendek (short atau
bunch start): jarak telapak kaki saat jongkok 14-28 cm
b) Start jongkok menengah (medium
start): jarak telapak kaki saat
jongkok 35-42 cm
c) Start jongkok panjang (longed
start): jarak telapak kaki saat jongkok
50-70
Dalam lari jarak pendek menggunakan aba-aba
“bersedia, siap, ya” atau
aba-aba “ya” bisa diganti dengan bunyi pistol. Eddy purnomo (2007: 24-25) mengemukakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam aba-aba start lari
sprint adalah sebagai berikut :
a)
Bersedia
Setelah starter memberikan aba-aba bersedia, maka pelari
akan menempatkan kedua kaki dalam menyentuh blok depan dan belakang;
lutut kaki belakang diletakkan di tanah,
terpisah selebar bahu lebih sedikit, jari-jari tangan
membentuk huruf V terbalik dan kepala
dalam keadaan datar
dengan punggung, sedangkan pandangan mata menatap lurus ke bawah.
![]() |
Gambar
2.
Posisi dari samping dan depan saat aba-aba
bersedia (Sumber: Eddy Purnomo 2007: 24)
b) Siap
Setelah ada aba-aba siaap, seorang pelari akan menempatkan
posisi badan sebagai berikut lutut ditekan ke belakang, lutut kaki depan ada
dalam posisi membentuk sudut
siku-siku (90°); lutut kaki
belakang membentuk sudut antara 120°-
140°; dan pinggang sedikit diangkat tinggi dari bahu, tubuh sedikit
condong ke depan, serta bahu sedikit lebih maju ke depan dari kedua tangan.
![]() |
Gambar
3.
Posisi badan dalam aba-aba
siap (Sumber: Eddy Purnomo 2007: 25)
c) Yak (bunyi pistol)
Gerakan yang akan dilakukan pelari setelah
aba-aba yak/bunyi pistol adalah badan diluruskan dan diangkat pada saat kedua kaki menolak/menekan keras pada start
blok; kedua tangan diangkat dari tanah bersamaan untuk kemudian diayun
bergantian; kaki belakang mendorong kuat/singkat, dorongan kaki depan sedikit
tidak namun lebih lama; kaki
belakang
diayun ke depan dengan cepat sedangkan badan condong ke depan; lutut dan
pinggang keduanya diluruskan penuh pada saat akhir dorongan.
Gambar 4.
Gerakan pada aba-aba yaaak (Sumber: Eddy
Purnomo 2007: 26)
Oleh sebab itu start yang
baik adalah sebagai berikut:
a) Konsentrasi penuh dan menghilangkan semua gangguan dari luar saat dalam
posisi aba-aba bersedia
b) Menyesuaikan sikap yang sesuai
pada posisi aba-aba siap
c) Suatu dorongan eksplosif oleh kedua kaki terhadap tumpuan start blok.
Untuk penilaian finish dihitung dari bagian tubuh yaitu dada sampai dengan ost
femur (persendian), sedangkan yang lain tidak diperbolehkan.
Finish
adalah salah satu rangkaian gerak
lari sprint. Walaupun waktu yang
dibutuhkan untuk finish sangat
singkat, akan tetapi kadang kala teknik finish
juga dapat menentukan kemenangan seorang pelari pada
saat-saat terakhir, apalagi bila kecepatan berlari berimbang.
Oleh karena itu gerakan finish
yang baik adalah sebagai berikut:
a) Posisi dada dimajukan ke depan
pada pita
b) Lari terus tanpa perubahan apapun atau jangan memperlambat
langkah sebelum melampaui garis finish
c) Jangan menengok lawan
d)
Jangan melompat
2)
Lintasan
Menurut peraturan ukuran lintasan adalah
400 meter dan memiliki jalur lintasan 6 atau 8 lintasan. Dalam perlombaan lari
jarak pendek, masing-masing peserta harus lari pada lintasan terpisah. Lintasan
ini lebarnya minimal 1,22 m dan maksimal 1,25 m yang dibatasi dengan garis
putih. Peserta yang mendorong, mendesak, menubruk atau lari memotong atau
menghalangi pelari lain sehingga mengganggu lajunya lari dapat dinyatakan
diskualifikasi.
Kekhususan dalam lari
sprint :
1) Tumpuan kaki
Secara teknis dalam melakukan gerakan lari sprint adalah menggunakan ujung telapak
kaki, sedangkan lari jarak menengah ataupun jauh menggunakan seluruh telapak
kaki. Hal ini disebabkan karena yang dibutuhkan
dalam sprint adalah kecepatan dalam
menolak. Mengingat jarak yang ditempuh dalam sprint 100 meter lebih
pendek dibandingkan lari jarak menengah maupun
jauh.
Sehingga menolak dengan menggunakan seluruh telapak kaki
akan lebih lama dibandingkan dengan ujung telapak kaki saja. Selain waktunya
yang cepat menolak dengan menggunakan ujung kaki pun akan menghasilkan dorongan
ke depan yang lebih kuat.
2) Daya tahan
Kelangsungan gerakan lari jarak jauh, menengah ataupun
pendek secara teknis adalah sama. Yang membedakan hanyalah terletak pada penghematan penggunaan tenaga karena
adanya perbedaan jarak yang harus di tempuh. Makin jauh jarak yang ditempuh, makin membutuhkan
keuletan dan daya tahan.
Hal-Hal yang
harus dihindari dalam lari sprint,
antara lain:
1)
Dorongan ke depan tidak cukup dan
kurang tinggi mengangkat lutut
2)
Tubuh condong sekali ke depan atau
lengkung ke belakang
3)
Memutar kepala dan menggerakkan
bahu secara berlebihan
4) Lengan diayun terlalu ke atas dan ayunannya terlalu jauh menyilang dada
5)
Meluruskan kaki yang akan
dilangkahkan kurang sempurna.
Hal-hal yang
diutamakan dalam lari sprint, antara
lain:
1) Menjaga kepala tetap tegak dan pandangan lurus ke depan
2) Membuat mata kaki yang dilangkahkan seelastis mungkin
3) Menjaga posisi tubuh sama seperti posisi pada waktu berjalan biasa.
4) Mengayunkan lengan sejajar dengan
pinggul dan sedikit menyilang ke
depan badan
2.
Power Tungkai
a.
Kemampuan biomotor
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dalam lari sprint 100 M kemampuan biomotor sangat diperlukan. Kemampuan
biomotor merupakan kemampuan gerak manusia yang dipengaruhi oleh
system organ dalam (Sukadiyanto, 2002 : 35). System-sistem
organ dalam tersebut meliputi
system neuromuskuler,
pernafasan, pencernaan, peredaran
darah, energi, tulang dan persendian. Gerak pada anak
dihasilkan adanya cukup energi. Energi terbentuk dari proses metabolism dan
didukung oleh system organ yang lain. Jadi komponen biomotor merupakan
keseluruhan dari kondisi fisik siswa.
Komponen dasar dari kemampuan biomotor
meliputi kekuatan, ketahanan, kecepatan, koordinasi dan fleksibilitas.
Gabungan dari komponen dasar dari
kemampuan biomotor seperti kecepatan dan
kekuatan membentuk power. Karena power hasil kali
dari kekuatan dengan kecepatan.
Dibawah ini dijelaskan komponen dasar
dari kemampuan biomotor dan gabungan dari komponen-komponen dasar.
Gambar 5. Komponen
dasar dari kemampuan biomotor ( Sumber :Bompa, 1994 :260 )
b. Kemampuan otot tungkai
Kekuatan adalah kemampuan otot atau
sekelompok otot untuk mengatasi beban atau tahanan. Kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan otot atau
sekelompok otot tungkai untuk
mengatasi beban atau tahanan dalam hal ini lari 100 meter.
Menurut (Bompa, 1994 : 268-
270) macam-macam kekuatan antara lain a) kekuatan umum, b)
kekuatan khusus, c) kekuatan maksimal, d) kekuatan ketahanan (ketahanan otot),
e) kekuatan kecepatan ( kekuatan elastis atau power), f) kekuatan absolute, g)
kekuatan relatif, h) kekuatan cadangan.
Power adalah kemampuan otot untuk mengatasi
beban dalam waktu sesingkat
mungkin. Kekuatan kecepatan sama dengan power karena power merupakan hasil kali
antara kekuatan dan kecepatan (Bompa, 1994 : 269). Daya ledak (power)
adalah kemampuan tubuh yang memungkinkan
otot atau sekelompok otot untuk bekerja secara eksplosif (Wahjoedi,
2001
: 61). Dari kalimat tersebut dapat disimpulkan power
merupakan suatu kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban dalam
waktu sesingkat mungkin. Sekelompok otot akan berkontraksi dengan
kekuatan dan kecepatan secara
maksimal. Otot akan memanjang dan memendek
secara eksplosif.
Kekuatan adalah kemampuan otot
untuk melakukan kontraksi untuk membangkitkan tegangan
terhadap suatu tahanan (Santoso Giriwijoyo, 2005 : 71). Kekuatan adalah
kemampuan otot atau
sekelompok otot untuk menahan atau menerima beban sewaktu bekerja
(Suharjana, 2001 : 100). Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa kekuatan otot
adalah kemampuan otot untuk mengatasi
suatu tahanan atau beban dalam berlari, otot yang dominan adalah otot tungkai.
Kecepatan adalah berhubungan dengan
kemampuan untuk melakukan gerakan dalam waktu yang
sangat singkat. Lari sprint membutuhkan
kecepatan untuk menempuh waktu yang sesingkat- singkatnya. Kecepatan merupakan
salah satu komponen biomotor yang sangat
penting untuk sprint.
Alat gerak pada manusia dibagi
menjadi alat gerak pasif (kerangka badan) dan alat gerak aktif (otot badan).
Susunan otot anggota badan bawah dari sudut topografi dibagi dalam 1) otot-otot pangkal paha, 2) otot- otot tungkai atas, 3) otot-otot tungkai bawah, 4) otot-otot kaki (A.Munandar,
1992 : 114-154).
Otot-otot kaki terdiri dari bagian
dorsal dan plantar. Otot-otot bagian dorsal terdiri dari M. extensor hallucis brevis dan M. extensor digitorum brevis. Otot-otot
bagian plantar terdirir dari sisi medial,
lateral dan tengah kaki. Otot-otot sisi medial kaki terbagi dalam M.
abductor hallucis, M. flexor hallucis brevis dan M. adductor hallucis. Otot-otot sisi
lateral terdiri dari M. abductor digiti V,
M. flexor digiti V brevis dan M. opponens digiti V. Otot-otot tengah kaki
terdiri dari M. flexor digitorum brevis,
M. quadratus plantae, Mm lumbricales
dan Mm interossei.
Pada dasarnya gerakan lari sama dengan
gerakan jalan, tetapi saat berlari kedua kakinya terlepas dari tanah atau melayang,
menururt (A.Munandar, 1992 : 164). Gerakan kaki dimulai dengan memindahkan
berat badan pada kaki kanan bila kaki kiri akan dilangkahkan. Antefleksi
tungkai kiri dilakukan oleh m. iliopsoas (terpenting),
m. rectus femoris dan lain-lain dan
dengan demikian dilepaskan dari tanah. Turunnya panggul, bagian kiri dicegah
oleh kontraksi mm. glutaei medius
dan minimus sebelah kanan. Selain dari itu kedua otot itu memutar panggul bagian kiri ke depan
dan dengan demikian membantu mengayunkan
tungkai kirir maju dan
memperbesar langkah.
Titik berat bergerak kedepan sehingga
tidak terdapat lagi di atas kaki kanan.
Akibatnya badan hendak jatuh ke depan. Bersamaan dengan itu, terjadi pantofleksi kaki kanan oleh
kontraksi mm. triceps surae dan tumit kanan terangkat dari tanah.
Dengan demikian titik berat yang tadinya sudah turun naik kembali. Setelah tumit kiri mengenai tanah maka dengan
tumit sebagai pusat seluruh kaki. Kelingking dan daerah-daerah
ujung distal ossa metatarsalia IV, III serta II dengan jarinya
masing-masing bersamaan dengan ibu jari mengenai tanah.
Kaki kanan makin melepaskan diri dari
tanah dengan berlangsungnya dorsofleksi pada articulation metatarsophalangeales. Sedang jari-jari kaki tetap
kokoh berpijak pada tanah. Akhirnya
ibu jari
kaki melepaskan diri dari tanah dan pada
waktu yang bersamaan
tumit kaki kiri mengenai tanah.
3.
Panjang Tungkai
Beberapa indikator untuk menyeleksi
atlet berbakat antara lain kesehatan, anthropometri, lama latihan, kemampuan
fisik dan sebagainya (Cholik : 1994) yang dikutip
oleh Djoko Pekik Irianto (2002 : 29). Anthropometri mempunyai arti ukuran tubuh
manusia, ukuran tubuh manusia mencakup tinggi badan, berat badan, ukuran bagian tubuh.
Pengukuran anthropometri bertujuan untuk
menentukan status fisik yang diperluas
sehingga mencakup perkembangan tipe tubuh manusia dalam hubungannya dengan kesehatan, kekebalan
penyakit, sikap, kemampuan fisik dan kualitas kepribadian (Wahjoedi, 2001 :
56). Dengan mengetahui ukuran anthropometri siswa maka dapat dijadikan bahan
untuk memprdiksi kemampuan fisik siswa.
Menurut Tim Anatomi FIK UNY ( 2003: 4 )
panjang tungkai yaitu dari trochanter
mayor atau tulang paha bagian atas yang menonjol keluar dekat dengan sendi
sampai dengan permukaan lantai. Sedangkan menurut
Amari ( 1996 : 155 ) panjang tungkai adalah ukuran panjang
tungkai seseorang dimulai dari alas kaki sampai trochanter mayor ( tulang paha
bagian atas yang menonjol keluar dekat dengan sendi ), kira – kira pada bagian tulang yang terlebar disebelah
luar paha dan bila paha digerakkan
trochanter mayor dapat diraba di bagian
atas tulang paha yang bergerak. Pada
pinggir atasnya, yakni krista iliaka dapat
diraba keseluruhannya. Ke depan rigi ini berakhir pada spina iliaka anterior superior yang
bulat ( mudah diraba) menurut
(John V. Basmajian dan Charles
E. Slonecker, 1993 : 16) SIAS ini akan tampak sebagai
tonjolan bila diraba.
![]() |
Gambar 6. Panjang tungkai, (sumber :
Tim Anatomi ( 2003 : 5 )
Extremitas inferior terbangun oleh sceletum extremitas
inferior. Rangka anggota badan bawah dapat dibedakan menjadi tulang panggul
(ossa cinguli
extremitas inferior) dan tulang anggota badan bawah bebas (ossa extremitas inferior liberae)
menurut A.Munandar (1997 :106).
Tulang panggul terdiri dari kedua tulang
pangkal paha (ossa coxae). Gelang panggul mempunyai hubungan
yang kokoh dengan batang badan sebagai alat yang harus menerima berat badan dan
meneruskannya kepada kedua tungkai. Tiap os
coxae terbentuk dari 3 tulang yang mul-
mula terpisah tetapi tumbuh menjadi satu tulang. Tulang-tulang itu
adalah tulang usus (os ilium), tulang
kemluan (os pubis) dan tulang duduk (os ischium).
Tulang-tulang anggota badan bawah yang
bebas terdirir dari os femoris, ossa cruris (tibia dan fibula) dan
patella suatu bijian yang besar
dalam urat M. quadriceps femoris serta
ossa pedis. Ossa pedis terdiri dari ossa tarsalia, ossa metatarsalia, dan ossa
digitorium pedis. Ossa tarsalia terbentuk
oleh talus, calcaneus, os naviculare
pedis, ossa cunei formia I, II
dan III serta os cuboideum. Ossa
digitorum pedis tersusun oleh
tiap jari kaki terdapat
3 phalanges, kecuali ibu jari yang terdiri dari 2 phalanges.
4.
Power Lengan
Power merupakan komponen kondisi fisik
yang dalamnya terdapat dua unsur pokok yaitu kekuatan dan kecepatan. Berkaitan
dengan power Suharno HP. (1993 : 95) menyatakan “ explosive power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi tahan
beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerakan utuh “.
Sudjarwo (1993 : 27) menyatakan “ explosive
power merupakan kemampuan otot (segerombolan otot) untuk
melawan beban / tahanan dengan kecepatan tinggi dalam satu
gerakan (penggunaan force & velocity).
Sedangkan Bompa (1994
: 269) menyatakan power adalah
kemampuan otot untuk mengatasi beban dalam waktu sesingkat mungkin. Kekuatan
kecepatan sama dengan power karena power merupakan hasil kali antara kekuatan
dan kecepatan.
Lengan merupakan anggota gerak atas
yang terdiri dari selururh lengan, mulai dari pangkal lengan sampai ujung
jari tangan. Menurut
Evelyn C Pearce (1999 : 112) yang dikutip dari
skripsi Kun Mariyah dikutip lagi
dari skripsi Kuryanto (2011) bahwa, otot-otot
yang
terdapat pada lengan sisi posteriot dan lengan bawah yaitu : “ (1) otot deltoid, (2)
otot irisep, (3) otot brakhioradialis, (4) otot extensor
karp radialis longus,
(5) otot extensor
digitorum, (6) otot extensor dan abductor
ibu jari, (7) otot ankonectis, (8) otot extensor
karpudnaris, (9) otot extensor retinakulum”.
Terjadinya kontraksi otot dalam tubuh manusia akibat bekerja
melawan beban yang diterimanya. Misalnya
mendorong atau menolak
suatu benda, menahan beban, menarik benda dan lain sebagainya. Aip
Syarifuddin (1997 : 35) menyatakan bahwa , “Otot dapat mengadakan kontraksi
dengan cepat, apabila mendapat rangsangan
dari luar”. Mekanisme kontraksi otot tidak sederhana , tetapi cukup
kompleks. Hal terpenting dan harus diperhatikan saat otot berkontraksi adalah dibutuhkan cadangan energi .
Bertolak dari pengertian-pengertian
tersebut di atas dapat disimpulkan power lengan adalah kemampuan otot atau
sekelompok otot lengan untuk menghasilkan kerja fisik dengan mengerahkan
kekuatan- kekuatan dari otot-otot lengan secara maksimal dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya dalam mengayunkan lengan pada saat berlari sprint. Power
lengan ini penting untuk cabang-cabang olahraga dimana atlet mengerahkan tenaga
secara eksplosif dari otot-otot lengan.
Sprint memerlukan fleksibilitas
tungkai, panggul dan bahu yang baik. Kemampuan untuk memutar panggul pada poros
longitudinal tubuh membantu menciptakan panjang dan frekuensi langkah optimal.
Fleksibilitas pada bahu
membantu ayunan lengan yang baik. Kedua lengan pelari difleksikan 90 derajat dan diayun dengan kuat kedepan
dan kebelakang. Kedua lengan rileks
dan diayun kebelakang
ketinggian panggul dan bahu didepan.
Ayunan lengan kedepan dan kebelakang
mengimbangi (counterbalance) gerak
putaran (twisting motion) yang diciptakan dorongan tiap tungkai pada
kedua sisi samping poros
longitudinal pelari. Fleksi kedua lengan pada
sikut menurunkan momen inersia dan membuat
gerak pendular lebih mudah oleh otot-otot yang
terlibat. Ayunan kedepan yang cepat dari
tiap lengan mentransfer momentum ketubuh pelari secara keseluruhan.
Ayunan ini bersamaan dengan dorongan tungkai
yang
membantu mendorong pelari kedepan. Ayunan lengan kedepan dan kebelakang
membantu
mempertahankan togok dan sendi bahu
(keseimbangan) dan rileks ( traight line toward the finish).
B.
Penelitian yang Relevan
1.
Penelitian yang dilakukan oleh
Muhamad Sigid tahun 2009 dengan judul “Hubungan Power dan Panjang tungkai
dengan kemampuan lari 60 M Siswa putrid pada kelas V Sekolah Dasar Negeri
Pakisarum Kabupaten Purworejo”. Hasil yang diperoleh
ada hubungan yang signifikan diberikan oleh power tungkai sebesar 54,02 %.
Ada hubungan yang signifikan diberikan
oleh panjang tungkai sebesar 19,27 %. Dari
kedua variabel bebas yaitu power dan
panjang tungkai ada hubungan yang signifikan terhadap kemampuan lari 60 meter
sebesar 57,00 %. Semua variabel memberi sumbangan.
2.
Penelitian
yang dilakukan oleh Tugini (2012) “Hubungan Panjang Langkah Lari 25 M dan Frekuensi Langkah Per Detik
Lari 20
M Terhadap Kemampuan Lari Sprint 100 M Siswa SMK Kristen 2 Klaten.”
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survei dengan teknik test dan pengukuran. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMK Kristen 2 Klaten sebanyak 47 siswa, yang diambil dengan teknik quota
sampel dari populasi sebanyak 474 siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara panjang langkah lari
25 M dengan lari sprint 100 M sebesar -0,796; 2) terdapat hubungan yang
signifikan antara frekuensi langkah per detik lari 20 M dengan lari sprint 100 m
sebesar -0,553; dan
3) terdapat hubungan yang signifikan antara panjang langkah
lari 25 M secara bersama dengan frekuensi langkah per detik lari 20 M dengan
lari sprint 100 M sebesar 0,821.
C.
Kerangka Berfikir
![]() |
Gambar 7. kerangka berfikir
Kemampuan lari sprint 100 meter ditentukan oleh power otot tungkai yang kuat,
panjang tungkai dan power lengan untuk mengayunkan lengan secepat-cepatnya.
Pelari yang mempunyai power otot tungkai yang
bagus dengan panjang tungkai dan power lengan yang baik maka kemampuan
menolakpun juga akan lebih kuat dan menghasilkan kemampuan lari
yang baik pula.
D.
Hipotesis
1. Ada hubungan yang signifikan antara power tungkai, panjang tungkai,
power lengan dengan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP N 1
Bantul, pada taraf signifikan 5 %.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah korelasional dan termasuk
jenis penelitian diskriptif. Adapun desain penelitian, sebagai berikut:
![]() |
Gambar 8. Desain penelitian korelasional
Keterangan:
X1
= Power tungkai X2 =
Panjang tungkai X3 = Power lengan
Y = Sprint 100 meter
= Hubungan antar variabel
B.
Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi adalah sekumpulan subjek atau objek yang akan diteliti. Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian (suharsimi Arikunto 2006 : 130). Totalitas dari semua objek atau
individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap
yang akan diteliti. Populasi dalam
penelitian
ini adalah kouta sampel siswa putra kelas VIII
SMP N 1 Bantul.
Tabel 1. Jumlah kelas dan siswa kelas VIII SMP N 1 Bantul
Negeri 1 Jogonalan Klaten
No |
Kelas |
Jumlah |
1 |
VIII A |
24 siswa |
2 |
VIII B |
24 siswa |
3 |
VIII C |
24 siswa |
4 |
VIII D |
24 siswa |
5 |
VIII E |
24 siswa |
6 |
VIII F |
24 siswa |
|
Jumlah |
144 siswa |
Jadi
jumlah keseluruhan siswa putra kelas VIII SMP
N 1 Bantul adalah 144 siswa.
2.
Sampel penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini menurut (Sugiyono, 2010: 64) adalah simple random sampling, dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila
anggota populasi dianggap homogen
Tabel 2. Jumlah siswa putra kelas VIII
SMP N 1 Bantul yang menjadi sampel penelitian
No |
Kelas |
Jumlah |
Sampel |
1 |
VIII A |
24 siswa |
8 |
2 |
VIII B |
24 siswa |
8 |
3 |
VIII C |
24 siswa |
9 |
4 |
VIII D |
24 siswa |
8 |
5 |
VIII E |
24 siswa |
8 |
6 |
VIII F |
24 siswa |
9 |
|
Jumlah |
144 siswa |
50 siswa |
Jadi
dilihat keterangan diatas sampel yang digunakan pada penelitian ini 50 siswa.
C. Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah objek penelitian yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Dalam
penelitian ini terdapat tiga variabel bebas yaitu : power tungkai, panjang
tungkai, power lengan dan satu variabel terikat sprint 100 meter
1.
Variabel Terikat
Sprint 100 meter ialah : Kemampuan seseorang lari
secepat-cepatnya dalam jarak 100 meter dan diukur
dengan stopwatch dalam satuan detik dengan aba-aba start lari sprint yaitu:
Bersedia, Siap, Yak atau Door bunyi pistol.
2.
Variabel Bebas
a.
Power tungkai adalah : kemampuan
kontraksi otot tungkai atau sekelompok otot yang
bekerja pada tungkai secara
dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot tungkai yang maksimal dalam waktu yang secepat-cepatnya ( Ismaryati 2006 : 59
). Untuk mengetahui power tungkai dengan tes Standing Broad Jump ( Ismaryati 2006 : 59 ) diukur dari
start meloncat sampai di tumit
terakhir meloncat dengan menggunakan rol meter
dan diukur dalam satuan sentimeter ( cm ).
b.
Panjang tungkai ialah : Menurut
Tim Anatomi FIK UNY ( 2003: 14) panjang tungkai yaitu dari trochanter
mayor atau tulang paha bagian atas yang menonjol keluar dekat dengan sendi
sampai dengan permukaan lantai. Dengan demikian panjang tungkai adalah jarak
antara pangkal paha sampai dengan telapak kaki seseorang. Menurut
Hasan Said ( 1980 : 4 ) pengukuran panjang tungkai dapat
dilakukan dengan cara : “ Setelah testee berdiri
tegak, diukur tinggi badan, tinggi duduk, maka panjang tungkai
tidak perlu diukur melainkan hanya mengurangi tinggi badan dengan tinggi duduk.
Dan dapat diukur dengan alat khusus yaitu Sliding
caliper dengan satuan centimeter ( cm ).
c.
Power lengan merupakan kemampuan
otot atau sekelompok otot lengan untuk menghasilkan kerja fisik dengan
mengerahkan kekuatan-kekuatan dari otot-otot lengan secara maksimal
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dalam mengayunkan lengan pada saat berlari sprint. Untuk mengetahui
power lengan dengan tes mendorong bola menggunakan bola basket dari garis
start. Diukur dari garis start sampai
jatuhnya bola ( bekas atau tapak jatuhnya bola basket ) dengan menggunakan rol meter. Diukur dalam satuan sentimeter (
cm ).
D.
Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data
1.
Instrumen Penelitian
Untuk menghasilkan bahwa alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian
memiliki valididtas dan reliabilitas, dilakukan tes dan pengukuran.
1) Pengukuran power otot tungkai :
a.
Tujuan pengukuran ini adalah
untuk mengetahui kekuatan dan kecepatan
otot tungkai dengan nama tes Standing
Board Jump.
b.
Alat dan faslitas :
1) Rol meter
2) Alat tulis
3) Formulir pencatatan hasil tes
4) Lapangan tanah
c.
Pelaksanaan Test / cara ambil data :
1) Siswa berdiri di belakang
garis start atau garis batas
2) Kaki sejajar
3) Lutut ditekuk
4) Dan kedua tangan di belakang badan
5) Setelah aba-aba siswa mengayunkan tangan dan meloncat sejauh mungkin kedepan.
6) Pada saat mendarat kedua kaki harus
mendarat secara bersama- sama.
2)
Pengukuran Panjang Tungkai
Tujuan
: untuk mengukur panjang tungkai mulai dari Spina
Illiaca Anterior Superior ( SIAS ) sampai permukaan lantai.
Peralatan :
1)
Pita pengukur
2)
Permukaan lantai harus datar dan rata
3)
Formulir pencatatan
4) Alat tulis
Pelaksanaan :
1)
Testi berdiri tegak tanpa
mengenakan alas kaki.
2) Kedua tumit sejajar dengan kedua
lengan yang menggantung bebas.
3) Pada pinggir atas dari Crista
Illiaca dapat diraba secara
keseluruhan, ke depan. Krista Illiaca berakhir pada Spina Illiaca Anterior
Superior ( SIAS ) yang bulat
berupa tonjolan.
4)
Tonjolan SIAS diberi tanda
menggunakan spidol.
5) Mengukur titik SIAS sampai permukaan lantai menggunakan pita pengukur.
Penilaian : Catat panjang tungkai
dalam posisi berdiri. Pengukuran diambil sebanyak 3 kali masing-masing oleh 3
testor. Satu testor hanya mengambil 1 kali, dari 3 kali pengukuran diambil
nilai tengahnya, nilai teratas dan terbawah tidak dipakai.
3)
Pengukuran Power Lengan
a.
Tujuan pengukuran ini adalah untuk
mengetahui kekuatan dan kecepatan mengayunkan lengan pada saat berlari sprint.
b.
Alat ukurnya dengan Johnson Test yang di modifikasi
dengan melempar bola sejauh mungkin.
c.
Alat dan Fasilitas
1) Rol meter
2) Alat tulis
3) Formulir pencatatan hasil
4) Lapangan tanah
d. Hasil pengukuran dicatat dengan satuan
meter.
e. Pelaksanaan test atau cara ambil data
:
1) Siswa berdiri dibelkang garis start
2) Berdiri tegak dan kaki sejajar bahu
3) Tangan memegang bola di dada seperti melakukan chest past pada bola basket.
4) Setelah aba-aba siswa bersiap-siap untuk mendorong bola sekuat- kuatnya.
5) Catatan pada test ini harus
diperhatikan pada saat siswa mendorong bola, bola tidak boleh melambung tetapi
harus lurus.
4)
Pengukuran Sprint 100 meter
a. Tujuan test adalah untuk mengetahui kecepatan lari sprint siswa dalam jarak 100 meter.
b. Alat dan Fasilitas
1)
Alat tulis
2)
Formulir pencatat hasil
3)
Stopwatch
4)
Bendera start
5)
Lapangan
c. Pelaksanaan
1)
Siswa dari garis start
memperhatikan aba-aba
2)
Setelah aba-aba dimulai siswa
melakukan lari secepat mungkin sampai garis finish
3)
Test dilakukan 2 kali, diambil yang terbaik.
d. Hasil pengukuran dicatat dalam satuan
detik.
2.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan
data adalah dengan metode survei dengan
teknik test dan pengukuran. Test Power
otot tungkai, Pengukuran panjang tungkai, power lengan dan sprint 100 meter di
Stadion Trirenggo Bantul.
E. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik analisis
korelasi product moment dan multiple corelation. Adapun uji
persyaratan analisis dan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut
1. Persyaratan analisis data
a. Uji normalitas data
Uji normalitas dimaksudkan untuk
mengetahui apakah sebaran masing-masing variabel bebas maupun variabel terikat
mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan rumus chi-kuadrat,
Sutrisno Hadi (1995: 347) menyatakan
chi-kuadrat dapat digunakan untuk keperluan pengetesan normalitas, adapun
rumusnya sebagai berikut :
( X2
= ∑
(Fo–Fh )2 )
Fh
(Sumber: Sutrisno
Hadi. 1995: 347)
Keterangan :
X2
= chi-kuadrat
Fo
= frekuensi observasi
Fℎ = frekuensi yang diharapkan
Selanjutnya harga chi-kuadrat
dikorelasikan dengan tabel, jika nilai p>0,05 maka data berdistribusi normal
dan sebaliknya apabila p<0,05 pada chi-kuadrat tabel maka distribusi tidak
normal atau apabila harga chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi kuadrat tabel
maka datanya normal dan sebaliknya
apabila chi kuadrat hitung lebih besar dari pada
chi kuadrat tabel maka datanya tidak normal.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk
mengetahui sifat linier atau tidak antara variabel bebas dan variabel terikat.
Untuk keperluan uji
linieritas dilakukan dengan uji F (Sutrisno Hadi, 2004: 13 ) dengan
rumus :
(
Freg
= Rkreg
)
Rkrec
(Sumber: Sutrisno
Hadi, 2004: 13)
Keterangan :
Freg = harga bilangan F garis regresi Rkreg = harga kuadrat
garis regresi Rkrec = rerata kuadrat garis residu
Selanjutnya harga F dikonsultasikan dengan harga table pada
paraf signifikansi 5%. Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat
dikatakan linear p>0,05.
2. Uji Hipotesis
a. Mencari koefisien Product Moment
Hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap permasalahan penelitian. Analisis yang digunakan untuk menguji
hipotesis yang diajukan, yaitu hubungan variabel bebas X1 terhadap variabel
terikat (Y) , X2 terhadap variabel terikat (Y), dan X3 terhadap variabel terikat
(Y). Adapun untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga menggunakan
analisis korelasi Product moment.
Adapun rumusnya adalah :
( rxy
N ∑ xy–(∑ x)(∑ y)
)
=
) |
J{N ∑ x2–
(∑x)2}{N ∑ y2–(∑y)2}
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi x dan y
N : Jumlah testi
∑
xy : jumlah
(X)(Y)
∑ x : Jumlah skor testi
∑ y : jumlah Y
∑
x2 : jumlah kuadrat
X
∑
y2 : jumlah kuadrat
Y
b. Mencari Koefisien Multiple Corelation
Multiple correlation digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi keseluruhan variabel prediktor X1, X2 dan X3 terhadap variabel kriterium Y, yaitu teknik multiple regression (Sutrisno
Hadi, 2004: 28). Adapun rumusnya:
( R =
a1
∑ x1y +
a2 ∑ x2y + a3 ∑ x3y )
F( 123) J
∑ y2
(Sumber:
Sutrisno Hadi, 2004: 28)
Keterangan :
Ry(12) : Koefisien korelasi antara y dengan X1, X2 dan X3 b1 : koefisien prediktor X1
b2 : koefisien prediktor X2
b3 :
koefisien prediktor X3
∑ X1Y : jumlah
produk antara X1 dan Y
∑ X2Y : jumlah
produk antara X2 dan Y
∑ X3Y : jumlah
produk antara X3 dan Y
∑ Y2 : jumlah kuadrat kriterium Y
c. Mencari F regresi
Untuk menguji apakah nilai koefisien
korelasi ganda (R) signifikan atau tidak menggunakan rumus (Sutrisno Hadi,
2004: 23) sebagai berikut :
( Freg
=
R2 (N–n–1 )
|
(Sumber:
Sutrisno Hadi, 2004: 23)
Keterangan :
Freg : harga F garis regresi
N : cacah
kasus
n : cacah prediktor
R :
koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor-prediktor Harga F tersebut
kemudian dikonsultasikan dengan harga F tabel
dengan derajat kebesaran N-m-1 pada taraf signifikansi 5%.
Apabila harga F hitung lebih besar atau
sama dengan F tabel, maka ada hubungan
yang signifikan antara variabel terikat tersebut dengan masing-masing variabel
bebasnya.
d.
Mencari sumbangan relatif dan
sumbangan efektif
Untuk mengetahui sumbangan masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat dengan mencari sumbangan relative (SR)
masing-masing prediktor (Sutrisno Hadi, 2004: 36-39).
( SR1
( SR2
= b1 X1F
b1X1F+ b2X2F+ b3X3F
= b2X2F
b1X1+ b2X2F+ b3X3F
100% )
100% )
( SR3
= b3X3F
b1X1F+ b2X2F+ b3X3F
100% )
(Sumber: Sutrisno Hadi, 2004: 36-39)
Keterangan :
SR1 = sumbangan prediktor
satu terhadap kriterium dalam % SR2 =
sumbangan prediktor dua terhadap kriterium dalam % SR3
= sumbangan prediktor tiga terhadap kriterium dalam %
Rumus mencari
Sumbangan Efektif (SE) masing-masing prediktor adalah :
a. Prediktor X1
SE1
= SR1 x R2
b. Prediktor X2
SE2
= SR2 x R2
c. Prediktor X3 SE3
= SR3 x R2 Keterangan :
SE1 = sumbangan efektif
prediktor 1 SE2 =
sumbangan efektif prediktor 2 SE3 =
sumbangan efektif prediktor 3
R2 = kuadrat koefisien korelasi prediktor dalam kriterium
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
Deskripsi Data
Penelitian ini terdiri atas tiga
variabel bebas yaitu power tungkai, panjang tungkai dan power lengan serta satu
variabel terikat, yaitu kemampuan lari sprint
100 M. Untuk mempermudah perhitungan, selanjutnya variabel dilambangkan
menjadi X1 untuk power tungkai, X2 untuk panjang tungkai,
X3 untuk power lengan, dan Y untuk variabel kemampuan lari sprint 100 M.
a.
Power Tungkai
Dilambangkan dengan X1, hasil
penelitian power tungkai dari 50 siswa diperoleh nilai mean sebesar 1,57, median sebesar
1,60, modus sebesar 1,75, standar deviasi sebesar 0,34, range sebesar 1,29, skor minimun sebesar
0,91 dan skor maksimal sebesar 2,20. Selanjutnya disusun distribusi frekuensi.
Menurut Sugiyono (2011: 34-38) yaitu
dengan terlebih dahulu mencari jumlah kelas
interval (1+3,3logN). Rumus ini dinamakan rumus sturges. Setelah
jumlah kelas diketahui lalu mencari rentang data dan menentukan panjang kelas
(rentang/kelas interval).
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Variabel Power Tungkai
No. |
Kelas Interval |
Tally |
Frekuensi (f) |
Persentase |
1. |
0,91 –
1,23 |
|||| |||| || |
12 |
24% |
2. |
1,24
– 1,56 |
|||| |||| || |
12 |
24% |
3. |
1,57
– 1,89 |
|||| |||| |||| ||| |
18 |
36% |
4. |
1,90
– 2,22 |
|||| ||| |
8 |
16% |
5. |
2,23
– 2,55 |
- |
0 |
0% |
6. |
2,56
– 2,88 |
- |
0 |
0% |
7. |
2,89
– 3,21 |
- |
0 |
0% |
Jumlah: |
50 |
100% |
Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut diagram batang
variabel power tungkai yang diperoleh.
Gambar 9. Diagram Batang Variabel Power Tungkai
b.
Panjang Tungkai
Panjang tungkai dilambangkan dengan X2,
diperoleh nilai mean sebesar 89,76, median sebesar 89,65, modus sebesar 86,50,
standar deviasi sebesar 4,54, range sebesar 17,50, skor minimun sebesar 82,00 dan skor maksimal sebesar 99,50.
Selanjutnya disusun distribusi frekuensi. Menurut Sugiyono (2011:
34-38) yaitu dengan terlebih dahulu
mencari jumlah kelas interval (1+3,3logN). Rumus ini dinamakan rumus sturges. Setelah jumlah kelas
diketahui lalu mencari rentang data dan menentukan panjang kelas (rentang/kelas interval).
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Variabel Panjang Tungkai
No. |
Kelas Interval |
Tally |
Frekuensi (f) |
Persentase |
1. |
82,00 - 84,63 |
|||| | |
6 |
12% |
2. |
84,64 - 87,27 |
|||| |||| | |
11 |
22% |
3. |
87,28 - 89,91 |
|||| ||| |
8 |
16% |
4. |
89,92 - 92,55 |
|||| |||| || |
12 |
24% |
5. |
92,56 - 95,19 |
|||| | |
6 |
12% |
6. |
95,20 - 97,83 |
|| |
2 |
4% |
7. |
97,84 - 100,47 |
|||| |
5 |
10% |
Jumlah: |
50 |
100% |
Apabila
digambarkan dalam bentuk histogram, berikut diagram batang variabel panjang
tungkai yang diperoleh.
42
Panjang
Tungkai
12
10
8
6
4
2
0
Kelas
Interval
c.
Power Lengan
Dilambangkan dengan X3,
diperoleh hasil penelitian power lengan dari 50 siswa diperoleh nilai mean sebesar 5,45, median sebesar 5,50, modus sebesar
3,88, standar deviasi sebesar
1,19, range sebesar
4,60, skor minimun sebesar 3,52 dan skor maksimal sebesar 8,12.
Selanjutnya disusun distribusi frekuensi. Menurut Sugiyono (2011: 34-38) yaitu dengan
terlebih dahulu mencari jumlah kelas
interval (1+3,3logN). Rumus ini
dinamakan rumus sturges. Setelah jumlah kelas diketahui lalu mencari rentang
data dan menentukan panjang kelas (rentang/kelas interval).
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Variabel Power Otot Lengan
No. |
Kelas Interval |
Tally |
Frekuensi (f) |
Persentase |
1. |
3,52 –
4,31 |
|||| |||| || |
12 |
24% |
2. |
4,32
– 5,11 |
|||| || |
7 |
14% |
3. |
5,12
– 5,91 |
|||| |||| || |
12 |
24% |
4. |
5,92
– 6,71 |
|||| ||| |
8 |
16% |
5. |
6,72
– 7,51 |
|||| |||| |
10 |
20% |
6. |
7,52
– 8,31 |
| |
1 |
2% |
7. |
8,32
– 9,11 |
- |
0 |
0% |
Jumlah: |
50 |
100% |
Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut diagram batang
variabel power otot lengan yang diperoleh.
Gambar 11. Diagram Batang Variabel Power Lengan
d.
Kemampuan Lari Sprint 100 M
Dilambangkan dengan Y, hasil penelitian
kemampuan lari sprint 100
M dari 50 siswa diperoleh nilai mean sebesar
16,95, median sebesar 16,80, modus sebesar 13,13, standar deviasi sebesar 2,90, range sebesar 11,75, skor minimun sebesar 12,36
dan skor maksimal sebesar 24,11. Selanjutnya disusun distribusi frekuensi.
Menurut Sugiyono (2011: 34-
38) yaitu dengan
terlebih dahulu mencari jumlah kelas interval (1+3,3logN). Rumus ini dinamakan
rumus sturges. Setelah jumlah kelas diketahui lalu mencari rentang data dan
menentukan panjang kelas (rentang/kelas interval).
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Kemampuan Lari Sprint
100 M
No. |
Kelas Interval |
Tally |
Frekuensi (f) |
Persentase |
1. |
12,36
– 14,17 |
|||| |||| |
10 |
20% |
2. |
14,18
– 15,99 |
|||| |||| | |
11 |
22% |
3. |
16,00
– 17,81 |
|||| |||| |
10 |
20% |
4. |
17,82
– 19,63 |
|||| ||| |
8 |
16% |
5. |
19,64
– 21,45 |
|||| || |
7 |
14% |
6. |
21,46
– 23,27 |
||| |
3 |
6% |
7. |
23,28
– 25,09 |
| |
1 |
2% |
Jumlah: |
50 |
100% |
Apabila digambarkan dalam bentuk
histogram, berikut diagram batang variabel kemampuan lari sprint 100 M yang diperoleh.
45
Gambar 12. Diagram Batang
Kemampuan Lari Sprint 100 M
2.
Pengujian Hipotesis
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas menggunakan uji kolmogorov
smirnov. Dalam uji ini akan menguji hipotesis yaitu sampel berasal
dari populasi berdistribusi normal. Untuk menerima
atau menolak hipotesis dengan
membandingkan harga sighitung dengan sig 5% (0,05). Kriterianya
adalah menerima hipotesis apabila harga sighitung lebih
besar dari 0,05. Pengujian ini mengacu dari Buku Dwi Priyatno. Adapun hasil uji normalitas dapat
dilihat pada tabel 7 di bawah ini:
Tabel 7. Hasil
Perhitungan Uji Normalitas
Variabel |
Signifikansi |
Keterangan |
|
Sighitung |
Sig 5% |
||
Power Tungkai ( X2) |
0,555 |
0,05 |
Normal |
Panjang Tungkai (X1) |
0,575 |
0,05 |
Normal |
Power Otot Lengan (X3) |
0,782 |
0,05 |
Normal |
Lari Sprint
100 M (Y) |
0,795 |
0,05 |
Normal |
Dari tabel di atas harga Sighitung
dari variabel power tungkai, panjang tungkai, power lengan dan lari sprint 100 M masing-masing sebesar
0,575; 0,555; 0,782 dan 0,795. Menurut Dwi Priyatno data dikatakan normal
apabila Sighitung lebih besar dari 0,05. Oleh karena nilai Sighitung
dari keempat variabel tersebut lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas untuk mengetahui bentuk
regresi antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam uji ini akan
menguji hipotesis bentuk regresi
linier. Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan membandingkan harga Sighitung
dengan signifikansi 5%. Menurut Dwi Priyatno kriterianya adalah menerima
hipotesis apabila harga Sighitung lebih kecil dari 0,05. Hasil
perhitungan uji linieritas dapat
dilihat pada tabel 8 di bawah ini:
Tabel 8. Hasil
Perhitungan Uji Linieritas
Hubungan |
Sig hitung |
Sig 5% |
Ket |
X1 dengan Y |
0,000 |
0,05 |
Linier |
X2 dengan Y |
0,004 |
0,05 |
Linier |
X3 dengan Y |
0,003 |
0,05 |
Linier |
Dari penghitungan diperoleh harga Sighitung antara
variabel power tungkai (X1) dengan lari sprint 100 M (Y),
dengan persamaan garis Ŷ=26,296+(-5,967)X2, sebesar 0,000. Oleh
karena nilai Sig hitung lebih kecil dari 0,05, maka
hipotesis yang menyatakan garis regresi berbentuk linier diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan garis regresi lari sprint 100 M atas power otot
tungkai berbentuk linier.
Harga Sighitung antara
variabel panjang tungkai (X2) dengan
lari sprint 100 M (Y), dengan persamaan regresi Ŷ=40,155+(-0,259)X1,
sebesar 0,004. Oleh karena nilai Sig
hitung lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis yang menyatakan garis regresi
berbentuk linier diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan garis regresi lari
sprint 100 M atas panjang tungkai berbentuk linier.
Dari penghitungan diperoleh harga Sighitung antara
variabel power lengan (X3) dengan lari sprint 100 M (Y),
dengan persamaan regresi Ŷ=25,069+(-1,490)X3, sebesar 0,003. Oleh
karena nilai Sig hitung lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis yang menyatakan garis
regresi
berbentuk linier diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan garis regresi lari
sprint 100 M atas power lengan berbentuk linier.
c.
Analisis korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk
mencari hubungan antar variabel. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 9. Hasil Korelasi Sederhana
Korelasi |
Koefisien Korelasi |
X1 * Y |
-0,703 |
X2 * Y |
-0,404 |
X3 * Y |
-0,612 |
X123 * Y |
0,751 |
d.
Pengujian Hipotesis
Uji Hipotesis hubungan X1
dengan Y,
hubungan X2
dengan Y dan hubungan X3 dengan Y secara masing-masing menggunakan
uji korelasi product moment dengan
membandingkan r hitung dengan r tabel. Sedangkan untuk menguji hipotesis ketiga
yaitu mencari hubungan X1 X2
dan X3 secara
bersama-sama menggunakan analisis multiple
correlation dengan membandingkan R hitung dengan R tabel.
1.
Hubungan Antara Power Tungkai
Dengan Kemampuan Lari Sprint 100 M
Uji korelasi untuk mencari hubungan antara
power tungkai dengan kemampuan
lari sprint 100 M, dengan menggunakan
analisis korelasi product moment dengan
bantuan software komputer SPSS
16,0 yang diambil dari Buku
Saku SPSS (Statistical Product and
Service Solution) karya Duwi Priyatno, diperoleh hasil analisis menunjukkan nilai r
hitung sebesar 0,703 > r tabel
(0,285), maka dapat disimpulkan bahwa power tungkai
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemampuan lari sprint 100 M.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara power tungkai dengan kemampuan lari sprint
100 M siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.
2. Hubungan Antara Panjang Tungkai Dengan Kemampuan Lari
Sprint 100 M
Uji korelasi yang mencari hubungan
antara panjang tungkai dengan lari
sprint 100 M, dengan menggunakan analisis korelasi product moment. Dengan bantuan software
komputer SPSS 16,0 yang diambil
dari Buku Saku SPSS (Statistical Product
and Service Solution) karya Duwi
Priyatno, diperoleh hasil analisis menunjukkan nilai r hitung sebesar 0,404
> r tabel (0,285), maka dapat disimpulkan bahwa panjang tungkai mempunyai
hubungan yang signifikan
terhadap kemampuan lari sprint 100 M.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara panjang tungkai dengan
kemampuan lari sprint 100 M siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul
Yogyakarta.
3.
Hubungan Antara Power Lengan
Dengan Kemampuan Lari Sprint
100 M
Uji korelasi yang mencari hubungan antara power lengan
dengan lari sprint 100 M, dengan
menggunakan analisis korelasi product
moment. Dengan bantuan software komputer
SPSS 16,0 yang diambil dari Buku
Saku SPSS (Statistical Product and
Service Solution) karya Duwi Priyatno, diperoleh hasil analisis menunjukkan
nilai r hitung sebesar 0,612 > r tabel (0,285), maka
dapat disimpulkan bahwa power lengan mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap kemampuan lari sprint 100 M.
Berdasarkan uraian di atas dapaat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara
power lengan dengan kemampuan lari sprint
100 M siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.
4.
Hubungan Antara Power Tungkai,
Panjang Tungkai dan Power Lengan Secara Bersama Dengan Kemampuan Lari Sprint 100 M
Korelasi ganda adalah hubungan antara
variabel-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji
hipotesis mencari hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power
lengan dengan kemampuan lari sprint 100 M. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan analisis multiple
corelation. Dengan bantuan software computer
SPSS 16,0 yang diambil dari Buku
Saku SPSS (Statistical Product and
Service Solution) karya Duwi Priyatno,
diperoleh hasil analisis menunjukkan nilai R hitung sebesar 0,751
> r tabel (0,285), maka dapat
disimpulkan bahwa power tungkai, panjang tungkai dan power lengan secara
bersama mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemampuan lari sprint 100 M.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan
secara
bersama dengan kemampuan lari sprint 100
M siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.
e.
Perhitungan Uji F
Dari hasil perhitungan regresi ganda
diperoleh koefisien regresi untuk menentukan persamaan regresi, yaitu:
konstanta (a) = 36,274; koefisien regresi power tungkai (b1) = -
4,400; koefisien regresi panjang tungkai (b2)
= - 0,107; koefisien regresi power lengan (b3) = -0,526, dari
hasil koefisien regresi tersebut diperoleh persamaan regresi dua prediktor adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1+ b2X2
+ b3X3
Y = 36,274 + (-
4,400)X1 + (- 0,107)X2 + (- 0,526)X3
Persamaan regresi tersebut di atas berarti bahwa setiap tingkat power
tungkai berubah satu satuan, maka kemampuan lari sprint 100 M siswa akan
berubah sebesar 4,400 dengan ketentuan variabel yang lain bernilai tetap.
Apabila setiap panjang tungkai berubah satu satuan, maka kemampuan lari sprint 100 M siswa akan berubah sebesar
0,107 dengan ketentuan variabel yang lain
bernilai tetap. Apabila setiap power lengan berubah satu satuan maka kemampuan lari sprint 100 M siswa akan berubah sebesar 0,526 dengan ketentuan
variabel yang lain bernilai tetap. Dari hasil analisis regresi berganda juga
diperoleh hasil uji F sebagai berikut :
Tabel 10. Hasil
Perhitungan Uji F
|
F tabel |
F hitung |
R |
R2 |
Hubungan X1,
X2 dan X3 Terhadap Y |
2,807 |
19,832 |
0,751 |
0,564 |
Hasil analisis regresi ganda hubungan
antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan
secara bersama-sama terhadap kemampuan lari sprint
100 M, diperoleh r hitung sebesar 0,751 > r tabel (0,268) dan F hitung
sebesar 19,832 > F tabel (2,807) dengan taraf signifikasi 5%. Hasil tersebut
dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara power tungkai, panjang
tungkai dan power lengan
secara bersama-sama dengan kemampuan lari sprint 100 M siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.
Sumbangan Power Tungkai, Panjang Tungkai
dan Power Lengan Terhadap Kemampuan Lari Sprint
100 M.
Berdasarkan hasil analisis regresi ganda
antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan secara bersama-sama
dengan kemampuan lari sprint 100 M
siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta diperoleh R hitung sebesar
0,751 sehingga R2 sebesar 0,564. Koefisien determinasi (R2)
merupakan suatu alat untuk mengukur besarnya persentase pengaruh semua variabel
bebas terhadap variabel terikat. Hasil ini R2 ini menunjukkan bahwa
besarnya hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan secara
bersama-sama terhadap kemampuan lari sprint
100 M sebesar 56,4%.
Secara rinci, besarnya sumbangan relatif
dan efektif masing-masing prediktor dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 11.
Sumbangan Relatif dan Efektif
No |
Variabel Prediktor |
Sumbangan Relatif |
Sumbangan Efektif |
1 |
Power tungkai |
64,57% |
36,42% |
2 |
Panjang tungkai |
11,97% |
6,75% |
3 |
Power lengan |
23,44% |
13,22% |
Jumlah |
100% (dibulatkan) |
56,4% (dibulatkan) |
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa
ketiga variabel bebas memberikan sumbangan sebesar 56,4%. Secara rinci, besarnya
sumbangan variabel power tungkai memberikan konstribusi sebesar 36,42%
terhadap kemampuan lari sprint 100 M,
panjang tungkai memberikan sumbangan sebesar 6,75% dan power lengan memberikan
sumbangan sebesar 13,22%. Dengan memperhatikan
besarnya sumbangan dari ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat
di atas, menunjukkan bahwa prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
power tungkai, panjang tungkai dan power lengan saja, namun di luar itu masih ada banyak faktor yang
mempengaruhinya. Yaitu sebesar 43,6%.
B.
Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan
dengan kemampuan lari sprint 100 M sebagai berikut:
1.
Hubungan antara Power Tungkai Dengan Kemampuan Lari Sprint
100 M
Diperoleh koefisien korelasi antara power
tungkai dengan kemampuan lari sprint 100 M
sebesar 0,703. Pengujian hipotesis
menggunakan r tabel, dan mendapatkan nilai r tabel dengan dk 48 pada
taraf signifikan 5% adalah
sebesar 0,285. Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara power
tungkai terhadap kemampuan lari sprint
100 M. Kesimpulan dari hubungan power otot tungkai dengan
kemampuan lari sprint 100 M
adalah kuat lemahnya power tungkai yang dimiliki siswa mempengaruhi kemampuan
lari sprint 100 M siswa. Semakin kuat
power tungkai yang dimliki siswa,
maka kemampuan lari sprint 100 M
siswa semakin baik. Semakin lemah power tungkai yang dimiliki siswa, maka
kemampuan lari sprint 100 M siswa
yang diperoleh rendah juga.
2.
Hubungan antara Panjang Tungkai
Dengan Kemampuan Lari
Sprint 100 M.
Diperoleh koefisien korelasi antara
panjang tungkai dengan kemampuan lari sprint
100 M sebesar 0,404. Pengujian hipotesis menggunakan r tabel, dan
mendapatkan nilai r tabel dengan dk 48 pada
taraf signifikan 5% adalah sebesar
0,285. Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara panjang tungkai
terhadap kemampuan lari sprint 100 M. Kesimpulan dari hubungan
panjang tungkai dengan kemampuan lari sprint
100 M adalah panjang dan pendeknya tungkai yang dimiliki siswa akan
mempengaruhi kemampuan lari sprint 100
M siswa. Semakin panjang tungkai yang dimiliki siswa maka semakin
bagus kemampuan lari sprint 100 M siswa. Semakin pendek
tungkai yang dimiliki siswa maka akan
semakin rendah pula kemampuan lari sprint
100 M siswa.
3.
Hubungan antara Power Lengan
Dengan Kemampuan Lari Sprint
100 M.
Diperoleh koefisien korelasi antara
power lengan dengan kemampuan lari sprint 100 M sebesar 0,612. Pengujian
hipotesis menggunakan r tabel, dan mendapatkan nilai r tabel dengan dk 48 pada
taraf signifikan 5% adalah
sebesar 0,285. Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara power
lengan terhadap kemampuan lari sprint 100
M. Kesimpulan dari hubungan power lengan dengan kemampuan
lari sprint 100 M adalah kuat
lemahnya power lengan yang dimiliki siswa mempengaruhi kemampuan lari sprint 100 M siswa. Semakin kuat power
lengan yang dimliki siswa, maka kemampuan lari sprint 100 M siswa semakin baik. Semakin lemah power lengan yang
dimiliki siswa, maka kemampuan lari sprint
100 M siswa yang diperoleh rendah juga.
4.
Hubungan antara Power Tungkai,
Panjang Tungkai dan Power Lengan Dengan Kemampuan Lari Sprint 100 M.
Secara bersama-sama diperoleh koefisien
korelasi power tungkai, panjang tungkai dan power lengan sebesar 0,751. Dalam
pengujian uji F diperoleh nilai F
sebesar 19,832 yang lebih besar dari
nilai F tabel sebesar 2,807 pada taraf signifikan 5%.
Ini berarti bahwa secara bersama- sama terdapat hubungan yang signifikan antara
power tungkai, panjang tungkai dan power
lengan dengan kemampuan lari sprint 100
M. Adapun besarnya kontribusi yang diberikan secara bersama-sama antara
power tungkai, panjang tungkai dan power lengan dengan kemampuan lari
sprint 100 M adalah sebesar 56,4%. Kesimpulan dari hubungan antara panjang
tungkai, power tungkai dan power lengan dengan
kemampuan lari sprint 100 M adalah kuat lemahnya power
tungkai yang dimiliki oleh siswa,
panjang pendeknya tungkai dan power lengan yang dimiliki siswa dapat
mempengaruhi kemampuan lari sprint 100
M yang dicapai siswa.
Pada pengujian hipotesis, hubungan power
tungkai dengan kemampuan lari sprint 100
M adalah signifikan, ini artinya variabel power tungkai memberikan kontribusi
yang nyata terhadap kemampuan lari sprint
100 M. Variabel power tungkai memberikan sumbangan sebesar 36,42%.
Sumbangan yang diberikan variabel power tungkai adalah paling besar jika
dibandingkan dengan variabel lain. Power tungkai merupakan gabungan dari
kekuatan dan kecepatan otot tungkai
siswa yang diukur dengan tes standing
broad jump. Ternyata power tungkai siswa mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap kemampuan lari sprint 100 M siswa. Hal ini dibuktikan
dengan sumbangan yang diberikan
variabel power tungkai terhadap kemampuan lari sprint 100 M sebesar 36,42%.
Pada pengujian hipotesis, hubungan
panjang tungkai dengan kemampuan lari sprint 100 M adalah signifikan, ini artinya variabel panjang
tungkai memberikan kontribusi yang nyata
terhadap kemampuan lari sprint 100
M. Variabel panjang tungkai memberikan sumbangan sebesar 6,75%. Panjang tungkai
diukur dari trochanter mayor sampai telapak kaki siswa / permukaan lantai yang
diukur dengan meteran / pita pengukur. Ternyata panjang tungkai siswa mempunyai
kontribusi terhadap kemampuan lari sprint
100 M siswa. Hal ini dibuktikan dengan sumbangan yang
diberikan variabel panjang tungkai terhadap kemampuan lari sprint 100 M sebesar 6,75%.
Pada pengujian hipotesis, hubungan power
lengan dengan kemampuan lari sprint 100
M adalah signifikan, ini artinya variabel power lengan memberikan kontribusi
yang nyata terhadap kemampuan lari sprint
100 M. Variabel power lengan memberikan sumbangan sebesar 13,22%.
Power lengan merupakan gabungan dari kekuatan dan kecepatan lengan siswa
yang diukur dengan tes lemparan chest
past seperti pada bola basket. Ternyata
power lengan siswa mempunyai kontribusi terhadap kemampuan lari sprint
100 M siswa. Hal ini dibuktikan dengan sumbangan yang diberikan
variabel power lengan terhadap kemampuan lari sprint 100 M sebesar 13,22%.
Berdasarkan hasil analisis kontribusi
yang diberikan oleh variabel bebas (power tungkai, panjang tungkai dan power lengan) terhadap kemampuan lari sprint 100 M adalah sebesar 56,4%,
sedangkan sisanya sebesar 43,6% berasal dari variabel lain yang tidak termasuk
dalam variabel penelitian ini.
Dari besarnya hasil uji korelasi tersebut dapat diketahui, bahwa
untuk meningkatkan kemampuan lari sprint 100 M siswa SMP N 1 Bantul
yang harus dikembangkan terlebih dahulu adalah faktor power tungkai
karena memiliki sumbangan yang paling
tinggi, kemudian faktor power lengan dan terakhir panjang tungkai. Namun
faktor-faktor lain juga harus dipertimbangkan karena 43,6% kemampuan lari
sprint 100 M ditentukan oleh faktor selain power tungkai, power lengan dan
panjang tungkai.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa : secara bersama terdapat hubungan
yang signifikan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan dengan kemampuan lari sprint 100 M siswa putra kelas VIII SPM Negeri 1 Bantul
Yogyakarta. Koefisien korelasi r hitung yang
diperoleh sebesar 0,751 lebih
besar dari harga koefisien korelasi r table dengan dk 48
pada taraf signifikansi 5%
adalah sebesar 0,285.
B.
Keterbasan penelitian
Kendatipun peneliti sudah berusaha keras
memenuhi segala ketentuan yang dipersyaratkan, bukan berarti penelitian ini
tanpa kelemahan dan kekurangan. Beberapa kelemahan dan kekurangan yang
dapat dikemukakan di sini
antara lain:
1.
Peneliti tidak dapat mengontrol
peserta tes melakukan aktivitas yang berat atau tidak sebelum
melakukan tes.
2.
Peneliti tidak memperhatikan
kondisi tempat sarana dan prasarana
sudah sesuai dengan standar dalam atletik lari sprint 100 M yang benar apa belum.
3.
Terlaksananya pengambilan data
peneliti tidak memperhatikan kondisi fisik subjek penelitian. Hal itu
dikarenakan peneliti tidak
mampu
untuk mengontrol aktivitas yang dilakukan subyek sebelum pengambilan data.
4.
Pada pengukuran power lengan
peneliti kurang meperhatikan validitas dan reliabilitas tes untuk pengukuran
power lengan.
5.
Peneliti kurang memperhatikan
tujuan yang pokok pada lari 100 M,di mana seharusnya lebih mengutamakan kecepatannya.
C.
Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai implikasi
praktis bagi pihak-pihak yang terkait dengan bidang olahraga, khususnya atletik
lari sprint, yaitu bagi guru atau pelatih dan atlet yang akan meningkatkan keterampilan dasar
atletik. Dengan diketahuinya hubungan power
tungkai, panjang tungkai dan power lengan terhadap lari 100 m
siswa putra kelas VIII SMP N 1 Bantul dapat digunakan sebagai acuan bahwa untuk
dapat berlari dengan baik dan mendapatkan waktu yang cepat seorang pelari harus memiliki tungkai yang panjang
dan memiliki akurasi power tungkai dan
power lengan yang baik.
Apalagi, jika power tungkai dan power lengan terlatih dengan baik sehingga
dapat meningkatkan koordinasi yang baik dan dapat berlari dengan waktu tercepat.
D.
Saran
Ada beberapa saran yang
perlu disampaikan sehubungan dengan hasil penelitian ini, antara lain :
1.
Bagi guru atau pelatih atletik,
hendaknya memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhi keterampilan dasar
atletik khususnya lari sprint
saat membina siswa atau atlet.
2.
Bagi siswa yang belum mampu
berlari dengan kecepatan
yang baik, disarankan agar lebih sering melatih diri dengan menambah
latihan-latihan yang dapat meningkatkan kecepatan lari, terutama kekuatan power
tungkai dan koordinasi power lengan yaitu ayunan lengan dengan kecepatan berlari.
3.
Bagi peneliti berikutnya, agar
dapat melakukan penelitian sejenis dengan objek yang lain atau dengan menambah
variabel-variabel yang lain dan juga memperluas lingkup penelitian.
4.
Disarankan bagi peneliti yang lain
menggunakan tes yang lebih akurat
dan lebih terukur validitas dan reliabilitas nya jika ingin mengukur power lengan.
5.
Bagi peneliti yang lain lebih
memeperhatikan tujuan dari tes lari 100 M,yaitu lebih mengutamakan kecepatan
(waktu) maka, apabila peneliti yang lain ingin tes lari 100 M pada saat start disarankan dengan start berdiri lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aip Syarifudin. (1992). Atletik. Jakarta : Depdikbud.
Bompa Tudor, O. (1994). Power Training For Sport. Canada :
Coaching Association of Kanada.
Carry, Gary.
(2000). Atletik (edisi terjemahan).
Jakarta : Raja Grafindo.
Duwi Priyatno. (2011). Buku SPSS
Analisis Statistik Data. Yogyakarta: Penerbit MediaKom.
Eddy Purnomo.
(2007). Pedoman Mengajar Dasar Gerak
Atletik. Yogyakarta : FIK UNY.
Eddy Purnomo dan Dapan. (2011). Dasar-dasar
Gerak Atletik. Yogyakarta : Alfamedia
Hasnan Said.
(1980). Anatomi Manusia. Semarang :
Dahara Prize.
Ismaryati & Sarwono, (2000). Pengukuran dan Evaluasi Olahraga.
Surakarta : UNS Press.
Ismaryati. (2006). Pengukuran
dan Evaluasi Olahraga. Surakarta : UNS Press. Laboratorium Fisiologi FIK
UNY. (2006). Petunjuk Praktikum Fisiologi
Manusia.
Yogyakarta: FIK UNY.
Margono. (2002). Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Nur Syamsi. (2008). Pengertian Lari
Jarak Pendek. Diambil pada hari Selasa, 25 Januari 2012 dari http://prestasiherfen.blogspot.com/2008/10/lari-jarak- pendek.html
Santoso Giriwijoyo.
(2005). Manusia dan Olahraga. Bandung
: ITB.
Satriani. (2011). Atletik Lari Jarak
Pendek. Diambil Pada Hari Rabu, 25 Januari 2012 dari http://atletik.blogspot.com/2011/05/atletik-lari-jarak- pendek.html
Sugiyono.
(2011). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV
Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipata Sukadiyanto.
(2002). System-system organ manusia.
Sutrisno Hadi. (1975). Statistik Jilid I. Yogyakarta: Andi
Offset
Sutrisno Hadi. (1975). Statistik Jilid II. Yogyakarta: Andi
Offset
Tim Anatomi. Diktat
Anatomi Manusia. Yogyakarta: Laboratorium Anatomi Universitas Negeri
Yogyakarta.
YoyoB, Ucup Y, Adang S.
2000. Atletik. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Wahjeodi. (2001). Landasan
Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta
: Raja Grafindo Persada.
Lampiran 1. Data
penelitian
Data Tes Lari 100 Meter, Power Tungkai, Panjang Tungkai Dan Power
Lengan
Subjek |
Lari 100 Meter (detik) |
Power Tungkai (m) |
Panjang Tungkai (cm) |
Power Lengan (m) |
1. |
14,54 |
1,78 |
85,40 |
6,72 |
2. |
15,13 |
1,85 |
90 |
6,88 |
3. |
13,13 |
1,22 |
92,10 |
5,60 |
4. |
17,76 |
1,70 |
84,10 |
5,32 |
5. |
18,47 |
1,15 |
86,50 |
4,73 |
6. |
17,08 |
1,20 |
87,50 |
5,05 |
7. |
20,30 |
1,55 |
83 |
5,71 |
8. |
21,51 |
1,32 |
85,40 |
4,38 |
9. |
19,03 |
1,75 |
86,50 |
4,02 |
10. |
15,45 |
1,83 |
94 |
5,12 |
11. |
16,97 |
1,07 |
91 |
3,87 |
12. |
13,28 |
1,60 |
88,80 |
6,18 |
13. |
13,03 |
2,16 |
98,20 |
7,32 |
14. |
14,32 |
1,65 |
82,30 |
4,17 |
15. |
12,57 |
2,04 |
90,10 |
7,42 |
16. |
16,32 |
1,96 |
83,20 |
4,73 |
17. |
13,92 |
1,89 |
94 |
6,82 |
18. |
14,79 |
1,99 |
96,10 |
6,13 |
19. |
19,89 |
1,21 |
85,30 |
6,10 |
20. |
19,09 |
1,95 |
84,40 |
6,78 |
21. |
20,44 |
1,54 |
82 |
3,53 |
22. |
18,38 |
1,35 |
87,10 |
3,88 |
23. |
21,51 |
0,95 |
86,50 |
4,20 |
24. |
16,85 |
1,56 |
98 |
5,97 |
25. |
15,91 |
1,75 |
87,10 |
5,31 |
26. |
13,92 |
1,82 |
98,50 |
6,73 |
27. |
14,46 |
1,71 |
89,20 |
6,03 |
28. |
17,59 |
1,60 |
91,40 |
6,95 |
29. |
20,33 |
1,36 |
93 |
5,62 |
30. |
17,44 |
1,52 |
87,50 |
4,43 |
31. |
13,99 |
1,80 |
92,10 |
5,32 |
32. |
18,96 |
1,41 |
93,80 |
4,06 |
33. |
24,11 |
1,00 |
90 |
5,12 |
34. |
18,62 |
1,15 |
87,30 |
5,41 |
35. |
14,71 |
1,88 |
85,50 |
4,76 |
36. |
16,45 |
1,36 |
87,80 |
6,62 |
37. |
17,96 |
1,30 |
85,70 |
4,80 |
38. |
12,36 |
1,99 |
92,70 |
7,45 |
39. |
20,36 |
1,20 |
90 |
4,20 |
40. |
21,61 |
1,12 |
89,30 |
3,88 |
41. |
21,10 |
0,91 |
89 |
3,52 |
42. |
16,42 |
1,85 |
90,05 |
5,58 |
43. |
16,75 |
1,72 |
94,10 |
5,64 |
44. |
14,49 |
1,93 |
90,10 |
5,95 |
45. |
14,49 |
1,84 |
96,20 |
8,12 |
46. |
19,15 |
1,35 |
98 |
3,82 |
47. |
13,13 |
1,53 |
92,30 |
6,13 |
48. |
19,69 |
0,99 |
86,50 |
3,78 |
49. |
12,47 |
2,20 |
99,50 |
6,82 |
50. |
17,28 |
1,75 |
90,05 |
5,80 |
Data Lari Sprint 100 Meter
|
TES LARI 100 METER ( detik ) |
||
No |
Lari 100 M I |
Lari 100 M II |
Angka Yang Diambil |
1 |
14,54 |
14,77 |
14,54 |
2 |
15,13 |
16,22 |
15,13 |
3 |
13,48 |
13,13 |
13,13 |
4 |
17,76 |
18,39 |
17,76 |
5 |
18,47 |
19,15 |
18,47 |
6 |
17,08 |
18,38 |
17,08 |
7 |
20,30 |
21,10 |
20,30 |
8 |
21,51 |
26,13 |
21,51 |
9 |
19,33 |
19,03 |
19,03 |
10 |
15,45 |
15,54 |
15,45 |
11 |
15,97 |
17,18 |
16,97 |
12 |
13,58 |
13,28 |
13,28 |
13 |
13,12 |
13,03 |
13,03 |
14 |
14,32 |
16,28 |
14,32 |
15 |
12,57 |
12,87 |
12,57 |
16 |
16,32 |
16,76 |
16,32 |
17 |
14,46 |
13,92 |
13,92 |
18 |
15,28 |
14,79 |
14,79 |
19 |
20,08 |
19,89 |
19,89 |
20 |
19,09 |
20,32 |
19,09 |
21 |
20,44 |
22,18 |
20,44 |
22 |
18,38 |
20,08 |
18,38 |
23 |
21,51 |
26,03 |
21,51 |
24 |
16,85 |
17,15 |
16,85 |
25 |
15,91 |
16,73 |
15,91 |
26 |
14,36 |
13,92 |
13,92 |
27 |
14,63 |
14,46 |
14,46 |
28 |
17,59 |
18,51 |
17,59 |
29 |
20,33 |
20,84 |
20,33 |
30 |
18,37 |
17,44 |
17,44 |
31 |
13,99 |
16,67 |
13,99 |
32 |
18,99 |
18,96 |
18,96 |
33 |
24,53 |
24,11 |
24,11 |
34 |
20,06 |
18,62 |
18,62 |
35 |
14,71 |
15,76 |
14,71 |
36 |
16,85 |
16,45 |
16,45 |
37 |
17,96 |
18,19 |
17,96 |
38 |
12,36 |
13,08 |
12,36 |
39 |
20,36 |
20,83 |
20,36 |
40 |
21,61 |
27,03 |
21,61 |
41 |
21,10 |
23,36 |
21,10 |
42 |
16,42 |
16,75 |
16,42 |
43 |
16,75 |
17,85 |
16,75 |
44 |
16,51 |
14,49 |
14,49 |
45 |
15,27 |
14,49 |
14,49 |
46 |
19,15 |
20,30 |
19,15 |
47 |
13,28 |
13,13 |
13,13 |
48 |
20,07 |
19,69 |
19,69 |
49 |
12,47 |
12,81 |
12,47 |
50 |
18,42 |
17,28 |
17,28 |
Data Tes
Power Tungkai
|
TES POWER TUNGKAI (m) |
||
No |
Standing Board Jump I |
Standing Board Jump II |
Angka Yang Diambil |
1 |
1,68 |
1,78 |
1,78 |
2 |
1,83 |
1,85 |
1,85 |
3 |
1,12 |
1,22 |
1,22 |
4 |
1,60 |
1,70 |
1,70 |
5 |
1,15 |
1,10 |
1,15 |
6 |
1,20 |
1,12 |
1,20 |
7 |
1,52 |
1,55 |
1,55 |
8 |
1,30 |
1,32 |
1,32 |
9 |
1,73 |
1,75 |
1,75 |
10 |
1,81 |
1,83 |
1,83 |
11 |
1,05 |
1,07 |
1,07 |
12 |
1,57 |
1,60 |
1,60 |
13 |
2,16 |
2,15 |
2,16 |
14 |
1,63 |
1,65 |
1,65 |
15 |
2,02 |
2,04 |
2,04 |
16 |
1,93 |
1,96 |
1,96 |
17 |
1,86 |
1,89 |
1,89 |
18 |
1,99 |
1,97 |
1,99 |
19 |
1,18 |
1,21 |
1,21 |
20 |
1,92 |
1,95 |
1,95 |
21 |
1,54 |
1,53 |
1,54 |
22 |
1,33 |
1,35 |
1,35 |
23 |
0,92 |
0,95 |
0,95 |
24 |
1,54 |
1,56 |
1,56 |
25 |
1,73 |
1,75 |
1,75 |
26 |
1,78 |
1,82 |
1,82 |
27 |
1,71 |
1,70 |
1,71 |
28 |
1,58 |
1,60 |
1,60 |
29 |
1,30 |
1,36 |
1,36 |
30 |
1,47 |
1,52 |
1,52 |
31 |
1,80 |
1,78 |
1,80 |
32 |
1,41 |
1,40 |
1,41 |
33 |
1,00 |
1,00 |
1,00 |
34 |
1,10 |
1,15 |
1,15 |
35 |
1,86 |
1,88 |
1,88 |
36 |
1,34 |
1,36 |
1,36 |
37 |
1,24 |
1,30 |
1,30 |
38 |
1,99 |
1,97 |
1,99 |
39 |
1,18 |
1,20 |
1,20 |
40 |
1,12 |
1,10 |
1,12 |
41 |
0,91 |
0,89 |
0,91 |
42 |
1,83 |
1,85 |
1,85 |
43 |
1,70 |
1,72 |
1,72 |
44 |
1,93 |
1,91 |
1,93 |
45 |
1,76 |
1,84 |
1,84 |
46 |
1,33 |
1,35 |
1,35 |
47 |
1,51 |
1,53 |
1,53 |
48 |
0,97 |
0,99 |
0,99 |
49 |
2,19 |
2,20 |
2,20 |
50 |
1,73 |
1,75 |
1,75 |
Data Tes Panjang Tungkai
No |
TES PANJANG TUNGKAI ( cm ) |
Angka Yang Diambil |
||
Testor I |
Testor II |
Testor III |
||
1 |
85,40 |
85,41 |
85,40 |
85,40 |
2 |
90,05 |
90 |
90 |
90 |
3 |
92,10 |
92,10 |
92,10 |
92,10 |
4 |
84,10 |
84,10 |
84,05 |
84,10 |
5 |
86,45 |
86,50 |
86,50 |
86,50 |
6 |
87,50 |
87,50 |
87,50 |
87,50 |
7 |
83 |
83 |
83,05 |
83 |
8 |
85,40 |
85,40 |
85,40 |
85,40 |
9 |
86,45 |
86,50 |
86,50 |
86,50 |
10 |
94 |
94 |
94 |
94 |
11 |
91 |
91 |
91,05 |
91 |
12 |
88,80 |
88,85 |
88,80 |
88,80 |
13 |
98,15 |
98,20 |
98,20 |
98,20 |
14 |
82,30 |
82,30 |
82,30 |
82,30 |
15 |
90,10 |
90,10 |
90,10 |
90,10 |
16 |
83,15 |
83,20 |
83,20 |
83,20 |
17 |
94 |
94 |
94 |
94 |
18 |
96 |
96,10 |
96,10 |
96,10 |
19 |
85,30 |
85,35 |
85,30 |
85,30 |
20 |
84,40 |
84,40 |
84,35 |
84,40 |
21 |
82 |
82 |
82 |
82 |
22 |
87,05 |
87,10 |
87,10 |
87,10 |
23 |
86,50 |
86,50 |
86,50 |
86,50 |
24 |
98 |
98,05 |
98 |
98 |
25 |
87,15 |
87,10 |
87,10 |
87,10 |
26 |
98,5 |
98,5 |
98,5 |
98,50 |
27 |
89,20 |
89,20 |
89,15 |
89,20 |
28 |
91,40 |
91,40 |
91,40 |
91,40 |
29 |
93 |
93 |
93 |
93 |
30 |
87,55 |
87,50 |
87,50 |
87,50 |
31 |
92,05 |
92,10 |
92,10 |
92,10 |
32 |
93,80 |
93,80 |
93,80 |
93,80 |
33 |
90 |
90 |
90,05 |
90 |
34 |
87,30 |
87,30 |
87,35 |
87,30 |
35 |
85,50 |
85,50 |
85,50 |
85,50 |
36 |
87,80 |
87,75 |
87,80 |
87,80 |
37 |
85,70 |
85,70 |
85,65 |
85,70 |
38 |
92,70 |
92,70 |
92,70 |
92,70 |
39 |
90 |
90 |
90 |
90 |
40 |
89,25 |
89,30 |
89,30 |
89,30 |
41 |
89 |
89 |
89 |
89 |
42 |
90,05 |
90,05 |
90 |
90,05 |
43 |
94,10 |
94,10 |
94,10 |
94,10 |
44 |
90 |
90,10 |
90,10 |
90,10 |
45 |
96,20 |
96,20 |
96,15 |
96,20 |
46 |
98 |
98 |
98 |
98 |
47 |
92,30 |
92,25 |
92,30 |
92,30 |
48 |
86,50 |
86,50 |
86,50 |
86,50 |
49 |
99,50 |
99,50 |
99,50 |
99,50 |
50 |
90 |
90,05 |
90,05 |
90,05 |
Data Tes Power Lengan
|
TES POWER LENGAN (m) |
||
No |
Prestasi Mendorong Bola I |
Prestasi Mendorong Bola II |
Angka Yang Diambil |
1 |
6,72 |
6,70 |
6,72 |
2 |
6,82 |
6,88 |
6,88 |
3 |
5,58 |
5,60 |
5,60 |
4 |
5,30 |
5,32 |
5,32 |
5 |
4,73 |
4,71 |
4,73 |
6 |
5,00 |
5,05 |
5,05 |
7 |
5,68 |
5,71 |
5,71 |
8 |
4,36 |
4,38 |
4,38 |
9 |
4,00 |
4,02 |
4,02 |
10 |
5,12 |
5,10 |
5,12 |
11 |
3,87 |
3,85 |
3,87 |
12 |
6,15 |
6,18 |
6,18 |
13 |
7,30 |
7,32 |
7,32 |
14 |
4,17 |
4,15 |
4,17 |
15 |
7,40 |
7,42 |
7,42 |
16 |
4,73 |
4,72 |
4,73 |
17 |
6,80 |
6,82 |
6,82 |
18 |
6,10 |
6,13 |
6,13 |
19 |
6,05 |
6,10 |
6,10 |
20 |
6,77 |
6,78 |
6,78 |
21 |
3,50 |
3,53 |
3,53 |
22 |
3,88 |
3,87 |
3,88 |
23 |
4,17 |
4,20 |
4,20 |
24 |
5,95 |
5,97 |
5,97 |
25 |
5,28 |
5,31 |
5,31 |
26 |
6,70 |
6,73 |
6,73 |
27 |
6,00 |
6,03 |
6,03 |
28 |
6,90 |
6,95 |
6,95 |
29 |
5,59 |
5,62 |
5,62 |
30 |
4,38 |
4,43 |
4,43 |
31 |
5,30 |
5,32 |
5,32 |
32 |
4,00 |
4,06 |
4,06 |
33 |
5,10 |
5,12 |
5,12 |
34 |
5,38 |
5,41 |
5,41 |
35 |
4,73 |
4,76 |
4,76 |
36 |
6,59 |
6,62 |
6,62 |
37 |
4,77 |
4,80 |
4,80 |
38 |
7,40 |
7,45 |
7,45 |
39 |
4,17 |
4,20 |
4,20 |
40 |
3,88 |
3,80 |
3,88 |
41 |
3,50 |
3,52 |
3,52 |
42 |
5,58 |
5,55 |
5,58 |
43 |
5,63 |
5,64 |
5,64 |
44 |
5,95 |
5,91 |
5,95 |
45 |
8,10 |
8,12 |
8,12 |
46 |
3,79 |
3,82 |
3,82 |
47 |
6,10 |
6,13 |
6,13 |
48 |
3,78 |
3,77 |
3,78 |
49 |
6,77 |
6,82 |
6,82 |
50 |
5,78 |
5,80 |
5,80 |
Lampiran 2.
Analisis Frekuensi
FREQUENCIES
VARIABLES=larisprint100M panjangtungkai powerotottungkai powerlengan
/STATISTICS=STDDEV RANGE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
|
larisprint100M |
panjangtungkai |
powerotottungkai |
powerlengan |
N Valid |
50 |
50 |
50 |
50 |
Missing |
0 |
0 |
0 |
0 |
Mean |
16.9502 |
89.7640 |
1.5662 |
5.4494 |
Median |
16.8000 |
89.6500 |
1.6000 |
5.4950 |
Mode |
13.13a |
86.50 |
1.75 |
3.88a |
Std. Deviation |
2.90221 |
4.53807 |
.34190 |
1.19153 |
Range |
11.75 |
17.50 |
1.29 |
4.60 |
Minimum |
12.36 |
82.00 |
.91 |
3.52 |
Maximum |
24.11 |
99.50 |
2.20 |
8.12 |
a. Multiple modes
exist. The smallest value is shown
Frequency Table
larisprint100M
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative Percent |
|
Valid |
12.36 |
1 |
2.0 |
2.0 |
2.0 |
|
12.47 |
1 |
2.0 |
2.0 |
4.0 |
|
12.57 |
1 |
2.0 |
2.0 |
6.0 |
|
13.03 |
1 |
2.0 |
2.0 |
8.0 |
|
13.13 |
2 |
4.0 |
4.0 |
12.0 |
|
13.28 |
1 |
2.0 |
2.0 |
14.0 |
13.92 |
2 |
4.0 |
4.0 |
18.0 |
13.99 |
1 |
2.0 |
2.0 |
20.0 |
14.32 |
1 |
2.0 |
2.0 |
22.0 |
14.46 |
1 |
2.0 |
2.0 |
24.0 |
14.49 |
2 |
4.0 |
4.0 |
28.0 |
14.71 |
1 |
2.0 |
2.0 |
30.0 |
14.79 |
1 |
2.0 |
2.0 |
32.0 |
15.13 |
1 |
2.0 |
2.0 |
34.0 |
15.45 |
1 |
2.0 |
2.0 |
36.0 |
15.54 |
1 |
2.0 |
2.0 |
38.0 |
15.91 |
1 |
2.0 |
2.0 |
40.0 |
15.97 |
1 |
2.0 |
2.0 |
42.0 |
16.32 |
1 |
2.0 |
2.0 |
44.0 |
16.42 |
1 |
2.0 |
2.0 |
46.0 |
16.45 |
1 |
2.0 |
2.0 |
48.0 |
16.75 |
1 |
2.0 |
2.0 |
50.0 |
16.85 |
1 |
2.0 |
2.0 |
52.0 |
17.08 |
1 |
2.0 |
2.0 |
54.0 |
17.28 |
1 |
2.0 |
2.0 |
56.0 |
17.44 |
1 |
2.0 |
2.0 |
58.0 |
17.59 |
1 |
2.0 |
2.0 |
60.0 |
17.76 |
1 |
2.0 |
2.0 |
62.0 |
17.96 |
1 |
2.0 |
2.0 |
64.0 |
18.38 |
1 |
2.0 |
2.0 |
66.0 |
18.47 |
1 |
2.0 |
2.0 |
68.0 |
18.62 |
1 |
2.0 |
2.0 |
70.0 |
18.96 |
1 |
2.0 |
2.0 |
72.0 |
19.03 |
1 |
2.0 |
2.0 |
74.0 |
19.09 |
1 |
2.0 |
2.0 |
76.0 |
19.15 |
1 |
2.0 |
2.0 |
78.0 |
|
19.69 |
1 |
2.0 |
2.0 |
80.0 |
19.89 |
1 |
2.0 |
2.0 |
82.0 |
|
20.3 |
1 |
2.0 |
2.0 |
84.0 |
|
20.33 |
1 |
2.0 |
2.0 |
86.0 |
|
20.36 |
1 |
2.0 |
2.0 |
88.0 |
|
20.44 |
1 |
2.0 |
2.0 |
90.0 |
|
21.1 |
1 |
2.0 |
2.0 |
92.0 |
|
21.51 |
2 |
4.0 |
4.0 |
96.0 |
|
21.61 |
1 |
2.0 |
2.0 |
98.0 |
|
24.11 |
1 |
2.0 |
2.0 |
100.0 |
|
Total |
50 |
100.0 |
100.0 |
|
panjangtungkai
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative Percent |
|
Valid |
82 |
1 |
2.0 |
2.0 |
2.0 |
|
82.3 |
1 |
2.0 |
2.0 |
4.0 |
|
83 |
1 |
2.0 |
2.0 |
6.0 |
|
83.2 |
1 |
2.0 |
2.0 |
8.0 |
|
84.1 |
1 |
2.0 |
2.0 |
10.0 |
|
84.4 |
1 |
2.0 |
2.0 |
12.0 |
|
85.3 |
1 |
2.0 |
2.0 |
14.0 |
|
85.4 |
2 |
4.0 |
4.0 |
18.0 |
|
85.5 |
1 |
2.0 |
2.0 |
20.0 |
|
85.7 |
1 |
2.0 |
2.0 |
22.0 |
|
86.5 |
4 |
8.0 |
8.0 |
30.0 |
|
87.1 |
2 |
4.0 |
4.0 |
34.0 |
|
87.3 |
1 |
2.0 |
2.0 |
36.0 |
|
87.5 |
2 |
4.0 |
4.0 |
40.0 |
|
87.8 |
1 |
2.0 |
2.0 |
42.0 |
88.8 |
1 |
2.0 |
2.0 |
44.0 |
89 |
1 |
2.0 |
2.0 |
46.0 |
89.2 |
1 |
2.0 |
2.0 |
48.0 |
89.3 |
1 |
2.0 |
2.0 |
50.0 |
90 |
3 |
6.0 |
6.0 |
56.0 |
90.05 |
2 |
4.0 |
4.0 |
60.0 |
90.1 |
2 |
4.0 |
4.0 |
64.0 |
91 |
1 |
2.0 |
2.0 |
66.0 |
91.4 |
1 |
2.0 |
2.0 |
68.0 |
92.1 |
2 |
4.0 |
4.0 |
72.0 |
92.3 |
1 |
2.0 |
2.0 |
74.0 |
92.7 |
1 |
2.0 |
2.0 |
76.0 |
93 |
1 |
2.0 |
2.0 |
78.0 |
93.8 |
1 |
2.0 |
2.0 |
80.0 |
94 |
2 |
4.0 |
4.0 |
84.0 |
94.1 |
1 |
2.0 |
2.0 |
86.0 |
96.1 |
1 |
2.0 |
2.0 |
88.0 |
96.2 |
1 |
2.0 |
2.0 |
90.0 |
98 |
2 |
4.0 |
4.0 |
94.0 |
98.2 |
1 |
2.0 |
2.0 |
96.0 |
98.5 |
1 |
2.0 |
2.0 |
98.0 |
99.5 |
1 |
2.0 |
2.0 |
100.0 |
Total |
50 |
100.0 |
100.0 |
|
powerotottungkai
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative Percent |
|
Valid |
0.91 |
1 |
2.0 |
2.0 |
2.0 |
|
0.95 |
1 |
2.0 |
2.0 |
4.0 |
|
0.99 |
1 |
2.0 |
2.0 |
6.0 |
|
1 |
1 |
2.0 |
2.0 |
8.0 |
|
1.07 |
1 |
2.0 |
2.0 |
10.0 |
1.12 |
1 |
2.0 |
2.0 |
12.0 |
1.15 |
2 |
4.0 |
4.0 |
16.0 |
1.2 |
2 |
4.0 |
4.0 |
20.0 |
1.21 |
1 |
2.0 |
2.0 |
22.0 |
1.22 |
1 |
2.0 |
2.0 |
24.0 |
1.3 |
1 |
2.0 |
2.0 |
26.0 |
1.32 |
1 |
2.0 |
2.0 |
28.0 |
1.35 |
2 |
4.0 |
4.0 |
32.0 |
1.36 |
2 |
4.0 |
4.0 |
36.0 |
1.41 |
1 |
2.0 |
2.0 |
38.0 |
1.52 |
1 |
2.0 |
2.0 |
40.0 |
1.53 |
1 |
2.0 |
2.0 |
42.0 |
1.54 |
1 |
2.0 |
2.0 |
44.0 |
1.55 |
1 |
2.0 |
2.0 |
46.0 |
1.56 |
1 |
2.0 |
2.0 |
48.0 |
1.6 |
2 |
4.0 |
4.0 |
52.0 |
1.65 |
1 |
2.0 |
2.0 |
54.0 |
1.7 |
1 |
2.0 |
2.0 |
56.0 |
1.71 |
1 |
2.0 |
2.0 |
58.0 |
1.72 |
1 |
2.0 |
2.0 |
60.0 |
1.75 |
3 |
6.0 |
6.0 |
66.0 |
1.78 |
1 |
2.0 |
2.0 |
68.0 |
1.8 |
1 |
2.0 |
2.0 |
70.0 |
1.82 |
1 |
2.0 |
2.0 |
72.0 |
1.83 |
1 |
2.0 |
2.0 |
74.0 |
1.84 |
1 |
2.0 |
2.0 |
76.0 |
1.85 |
2 |
4.0 |
4.0 |
80.0 |
1.88 |
1 |
2.0 |
2.0 |
82.0 |
1.89 |
1 |
2.0 |
2.0 |
84.0 |
1.93 |
1 |
2.0 |
2.0 |
86.0 |
|
1.95 |
1 |
2.0 |
2.0 |
88.0 |
1.96 |
1 |
2.0 |
2.0 |
90.0 |
|
1.99 |
2 |
4.0 |
4.0 |
94.0 |
|
2.04 |
1 |
2.0 |
2.0 |
96.0 |
|
2.16 |
1 |
2.0 |
2.0 |
98.0 |
|
2.2 |
1 |
2.0 |
2.0 |
100.0 |
|
Total |
50 |
100.0 |
100.0 |
|
powerlengan
|
Frequency |
Percent |
Valid
Percent |
Cumulative Percent |
|
Valid |
3.52 |
1 |
2.0 |
2.0 |
2.0 |
|
3.53 |
1 |
2.0 |
2.0 |
4.0 |
|
3.78 |
1 |
2.0 |
2.0 |
6.0 |
|
3.82 |
1 |
2.0 |
2.0 |
8.0 |
|
3.87 |
1 |
2.0 |
2.0 |
10.0 |
|
3.88 |
2 |
4.0 |
4.0 |
14.0 |
|
4.02 |
1 |
2.0 |
2.0 |
16.0 |
|
4.06 |
1 |
2.0 |
2.0 |
18.0 |
|
4.17 |
1 |
2.0 |
2.0 |
20.0 |
|
4.2 |
2 |
4.0 |
4.0 |
24.0 |
|
4.38 |
1 |
2.0 |
2.0 |
26.0 |
|
4.43 |
1 |
2.0 |
2.0 |
28.0 |
|
4.73 |
2 |
4.0 |
4.0 |
32.0 |
|
4.75 |
1 |
2.0 |
2.0 |
34.0 |
|
4.8 |
1 |
2.0 |
2.0 |
36.0 |
|
5.05 |
1 |
2.0 |
2.0 |
38.0 |
|
5.12 |
2 |
4.0 |
4.0 |
42.0 |
|
5.31 |
1 |
2.0 |
2.0 |
44.0 |
|
5.32 |
2 |
4.0 |
4.0 |
48.0 |
|
5.41 |
1 |
2.0 |
2.0 |
50.0 |
5.58 |
1 |
2.0 |
2.0 |
52.0 |
|
5.6 |
1 |
2.0 |
2.0 |
54.0 |
|
5.62 |
1 |
2.0 |
2.0 |
56.0 |
|
5.64 |
1 |
2.0 |
2.0 |
58.0 |
|
5.71 |
1 |
2.0 |
2.0 |
60.0 |
|
5.8 |
1 |
2.0 |
2.0 |
62.0 |
|
5.95 |
1 |
2.0 |
2.0 |
64.0 |
|
5.97 |
1 |
2.0 |
2.0 |
66.0 |
|
6.03 |
1 |
2.0 |
2.0 |
68.0 |
|
6.1 |
1 |
2.0 |
2.0 |
70.0 |
|
6.13 |
2 |
4.0 |
4.0 |
74.0 |
|
6.18 |
1 |
2.0 |
2.0 |
76.0 |
|
6.62 |
1 |
2.0 |
2.0 |
78.0 |
|
6.72 |
1 |
2.0 |
2.0 |
80.0 |
|
6.73 |
1 |
2.0 |
2.0 |
82.0 |
|
6.78 |
1 |
2.0 |
2.0 |
84.0 |
|
6.82 |
2 |
4.0 |
4.0 |
88.0 |
|
6.88 |
1 |
2.0 |
2.0 |
90.0 |
|
6.95 |
1 |
2.0 |
2.0 |
92.0 |
|
7.32 |
1 |
2.0 |
2.0 |
94.0 |
|
7.42 |
1 |
2.0 |
2.0 |
96.0 |
|
7.45 |
1 |
2.0 |
2.0 |
98.0 |
|
8.12 |
1 |
2.0 |
2.0 |
100.0 |
|
Total |
50 |
100.0 |
100.0 |
|
Lampiran 3. Uji
Normalitas
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=larisprint100M panjangtungkai powerotottungkai
powerlengan
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
|
larisprint100M |
panjangtungkai |
powerotottungkai |
powerlengan |
|
N |
|
50 |
50 |
50 |
50 |
Normal
Parametersa |
Mean |
16.9502 |
89.7640 |
1.5662 |
5.4494 |
|
Std. Deviation |
2.90221 |
4.53807 |
.34190 |
1.19153 |
Most
Extreme Differences |
Absolute |
.092 |
.110 |
.112 |
.093 |
|
Positive |
.092 |
.110 |
.087 |
.093 |
|
Negative |
-.057 |
-.065 |
-.112 |
-.077 |
Kolmogorov-Smirnov
Z |
|
.648 |
.781 |
.794 |
.656 |
Asymp.
Sig. (2-tailed) |
|
.795 |
.575 |
.555 |
.782 |
a. Test distribution
is Normal.
Lampiran 4. Uji
Linieritas X1.Y
MEANS TABLES=larisprint100M BY powerotottungkai
/CELLS MEAN COUNT STDDEV
/STATISTICS LINEARITY.
Means
Case Processing Summary
|
Cases |
|||||
Included |
Excluded |
Total |
||||
N |
Percent |
N |
Percent |
N |
Percent |
|
larisprint100M * powerotottungkai |
50 |
100.0% |
0 |
.0% |
50 |
100.0% |
Report
larisprint100M
powerotot tungkai |
Mean |
N |
Std. Deviation |
0.91 |
21.1000 |
1 |
. |
0.95 |
21.5100 |
1 |
. |
0.99 |
19.6900 |
1 |
. |
1 |
24.1100 |
1 |
. |
1.07 |
15.9700 |
1 |
. |
1.12 |
21.6100 |
1 |
. |
1.15 |
18.5450 |
2 |
.10607 |
1.2 |
18.7200 |
2 |
2.31931 |
1.21 |
19.8900 |
1 |
. |
1.22 |
13.1300 |
1 |
. |
1.3 |
17.9600 |
1 |
. |
1.32 |
21.5100 |
1 |
. |
1.35 |
18.7650 |
2 |
.54447 |
1.36 |
18.3900 |
2 |
2.74357 |
1.41 |
18.9600 |
1 |
. |
1.52 |
17.4400 |
1 |
. |
1.53 |
13.1300 |
1 |
. |
1.54 |
20.4400 |
1 |
. |
1.55 |
20.3000 |
1 |
. |
1.56 |
16.8500 |
1 |
. |
1.6 |
15.4350 |
2 |
3.04763 |
1.65 |
14.3200 |
1 |
. |
1.7 |
17.7600 |
1 |
. |
1.71 |
14.4600 |
1 |
. |
1.72 |
16.7500 |
1 |
. |
1.75 |
17.4067 |
3 |
1.56385 |
1.78 |
15.5400 |
1 |
. |
1.8 |
13.9900 |
1 |
. |
1.82 |
13.9200 |
1 |
. |
1.83 |
15.4500 |
1 |
. |
1.84 |
14.4900 |
1 |
. |
1.85 |
15.7750 |
2 |
.91217 |
1.88 |
14.7100 |
1 |
. |
1.89 |
13.9200 |
1 |
. |
1.93 |
14.4900 |
1 |
. |
1.95 |
19.0900 |
1 |
. |
1.96 |
16.3200 |
1 |
. |
1.99 |
13.5750 |
2 |
1.71827 |
2.04 |
12.5700 |
1 |
. |
2.16 |
13.0300 |
1 |
. |
2.2 |
12.4700 |
1 |
. |
Total |
16.9502 |
50 |
2.90221 |
ANOVA Table
|
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
larisprint100M * Between
Groups (Combined) powerotottungkai Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total |
381.541 |
40 |
9.539 |
2.753 |
.054 |
203.968 |
1 |
203.968 |
58.879 |
.000 |
|
177.573 |
39 |
4.553 |
1.314 |
.348 |
|
31.178 |
9 |
3.464 |
|
|
|
412.719 |
49 |
|
|
|
Measures of
Association
|
R |
R
Squared |
Eta |
Eta
Squared |
larisprint100M *
powerotottungkai |
-.703 |
.494 |
.961 |
.924 |
Lanjutan Lampiran
4. Uji Linieritas X2 .Y
MEANS TABLES=larisprint100M BY panjangtungkai
/CELLS MEAN COUNT STDDEV
/STATISTICS LINEARITY.
Means
Case Processing Summary
|
Cases |
|||||
Included |
Excluded |
Total |
||||
N |
Percent |
N |
Percent |
N |
Percent |
|
larisprint100M * panjangtungkai |
50 |
100.0% |
0 |
.0% |
50 |
100.0% |
Report
larisprint100M
panjangtu ngkai |
Mean |
N |
Std. Deviation |
82 |
20.4400 |
1 |
. |
82.3 |
14.3200 |
1 |
. |
83 |
20.3000 |
1 |
. |
83.2 |
16.3200 |
1 |
. |
84.1 |
17.7600 |
1 |
. |
84.4 |
19.0900 |
1 |
. |
85.3 |
19.8900 |
1 |
. |
85.4 |
18.5250 |
2 |
4.22143 |
85.5 |
14.7100 |
1 |
. |
85.7 |
17.9600 |
1 |
. |
86.5 |
19.6750 |
4 |
1.32105 |
87.1 |
17.1450 |
2 |
1.74655 |
87.3 |
18.6200 |
1 |
. |
87.5 |
17.2600 |
2 |
.25456 |
87.8 |
16.4500 |
1 |
. |
88.8 |
13.2800 |
1 |
. |
89 |
21.1000 |
1 |
. |
89.2 |
14.4600 |
1 |
. |
89.3 |
21.6100 |
1 |
. |
90 |
19.8667 |
3 |
4.51028 |
90.05 |
16.8500 |
2 |
.60811 |
90.1 |
13.5300 |
2 |
1.35765 |
91 |
15.9700 |
1 |
. |
91.4 |
17.5900 |
1 |
. |
92.1 |
13.5600 |
2 |
.60811 |
92.3 |
13.1300 |
1 |
. |
92.7 |
12.3600 |
1 |
. |
93 |
20.3300 |
1 |
. |
93.8 |
18.9600 |
1 |
. |
94 |
14.6850 |
2 |
1.08187 |
94.1 |
16.7500 |
1 |
. |
96.1 |
14.7900 |
1 |
. |
96.2 |
14.4900 |
1 |
. |
98 |
18.0000 |
2 |
1.62635 |
98.2 |
13.0300 |
1 |
. |
98.5 |
13.9200 |
1 |
. |
99.5 |
12.4700 |
1 |
. |
Total |
16.9502 |
50 |
2.90221 |
ANOVA
Table
|
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
larisprint100M * Between (Combined)
panjangtungkai Groups Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total |
339.465 |
36 |
9.430 |
1.673 |
.160 |
67.437 |
1 |
67.437 |
11.968 |
.004 |
|
272.028 |
35 |
7.772 |
1.379 |
.273 |
|
73.255 |
13 |
5.635 |
|
|
|
412.719 |
49 |
|
|
|
Measures of
Association
|
R |
R
Squared |
Eta |
Eta
Squared |
larisprint100M
* panjangtungkai |
-.404 |
.163 |
.907 |
.823 |
Lanjutan Lampiran
4. Uji Linieritas X3.Y
MEANS TABLES=larisprint100M BY powerlengan
/CELLS MEAN COUNT STDDEV
/STATISTICS LINEARITY.
Means
Case Processing
Summary
|
Cases |
|||||
Included |
Excluded |
Total |
||||
N |
Percent |
N |
Percent |
N |
Percent |
|
larisprint100M
* powerlengan |
50 |
100.0% |
0 |
.0% |
50 |
100.0% |
Report
larisprint100M
powerlen gan |
Mean |
N |
Std. Deviation |
3.52 |
21.1000 |
1 |
. |
3.53 |
20.4400 |
1 |
. |
3.78 |
19.6900 |
1 |
. |
3.82 |
19.1500 |
1 |
. |
3.87 |
15.9700 |
1 |
. |
3.88 |
19.9950 |
2 |
2.28395 |
4.02 |
19.0300 |
1 |
. |
4.06 |
18.9600 |
1 |
. |
4.17 |
14.3200 |
1 |
. |
4.2 |
20.9350 |
2 |
.81317 |
4.38 |
21.5100 |
1 |
. |
4.43 |
17.4400 |
1 |
. |
4.73 |
17.3950 |
2 |
1.52028 |
4.75 |
14.7100 |
1 |
. |
4.8 |
17.9600 |
1 |
. |
5.05 |
17.0800 |
1 |
. |
5.12 |
19.7800 |
2 |
6.12354 |
5.31 |
15.9100 |
1 |
. |
5.32 |
15.8750 |
2 |
2.66579 |
5.41 |
18.6200 |
1 |
. |
5.58 |
16.4200 |
1 |
. |
5.6 |
13.1300 |
1 |
. |
5.62 |
20.3300 |
1 |
. |
5.64 |
16.7500 |
1 |
. |
5.71 |
20.3000 |
1 |
. |
5.8 |
17.2800 |
1 |
. |
5.95 |
14.4900 |
1 |
. |
5.97 |
16.8500 |
1 |
. |
6.03 |
14.4600 |
1 |
. |
6.1 |
19.8900 |
1 |
. |
6.13 |
13.9600 |
2 |
1.17380 |
6.18 |
13.2800 |
1 |
. |
6.62 |
16.4500 |
1 |
. |
6.72 |
15.5400 |
1 |
. |
6.73 |
13.9200 |
1 |
. |
6.78 |
19.0900 |
1 |
. |
6.82 |
13.1950 |
2 |
1.02530 |
6.88 |
15.1300 |
1 |
. |
6.95 |
17.5900 |
1 |
. |
7.32 |
13.0300 |
1 |
. |
7.42 |
12.5700 |
1 |
. |
7.45 |
12.3600 |
1 |
. |
8.12 |
14.4900 |
1 |
. |
Total |
16.9502 |
50 |
2.90221 |
ANOVA Table
|
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
larisprint100M * Between (Combined) powerlengan Groups Linearity Deviation from Linearity Within
Groups Total |
357.497 |
42 |
8.512 |
1.079 |
.504 |
154.417 |
1 |
154.417 |
19.574 |
.003 |
|
203.081 |
41 |
4.953 |
.628 |
.835 |
|
55.222 |
7 |
7.889 |
|
|
|
412.719 |
49 |
|
|
|
Measures of Association
|
R |
R
Squared |
Eta |
Eta
Squared |
larisprint100M
* powerlengan |
-.612 |
.374 |
.931 |
.866 |
Lampiran 5.
Analisis Regresi X1.Y
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT larisprint100M
/METHOD=ENTER powerotottungkai.
Regression
Variables
Entered/Removedb
Model |
Variables Entered |
Variables Removed |
Method |
1 |
powerotottungkaia |
. |
Enter |
a. All requested variables
entered.
b.
Dependent Variable: larisprint100M
Model Summary
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.703a |
.494 |
.484 |
2.08542 |
a. Predictors:
(Constant), powerotottungkai
ANOVAb
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
203.968 |
1 |
203.968 |
46.900 |
.000a |
|
Residual |
208.751 |
48 |
4.349 |
|
|
|
Total |
412.719 |
49 |
|
|
|
a.
Predictors: (Constant), powerotottungkai
b.
Dependent Variable: larisprint100M
Coefficientsa
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
|
B |
Std.
Error |
Beta |
|||
1 (Constant) powerotottungkai |
26.296 -5.967 |
1.396 .871 |
-.703 |
18.834 -6.848 |
.000 .000 |
a. Dependent
Variable: larisprint100M
Lanjutan Lampiran
5. Analisis Regresi X2.Y
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT larisprint100M
/METHOD=ENTER panjangtungkai.
Regression
Variables
Entered/Removedb
Model |
Variables Entered |
Variables Removed |
Method |
1 |
panjangtungkaia |
. |
Enter |
a. All requested variables
entered.
b.
Dependent Variable: larisprint100M
Model Summary
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.404a |
.163 |
.146 |
2.68205 |
a. Predictors:
(Constant), panjangtungkai
ANOVAb
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
67.437 |
1 |
67.437 |
9.375 |
.004a |
|
Residual |
345.282 |
48 |
7.193 |
|
|
|
Total |
412.719 |
49 |
|
|
|
a.
Predictors: (Constant), panjangtungkai
b.
Dependent Variable: larisprint100M
Coefficientsa
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
|
B |
Std.
Error |
Beta |
|||
1 (Constant) panjangtungkai |
40.155 -.259 |
7.588 .084 |
-.404 |
5.292 -3.062 |
.000 .004 |
a. Dependent
Variable: larisprint100M
Lanjutan Lampiran
5. Analisis Regresi X3.Y
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT larisprint100M
/METHOD=ENTER powerlengan.
Regression
Variables
Entered/Removedb
Model |
Variables Entered |
Variables Removed |
Method |
1 |
powerlengana |
. |
Enter |
a. All requested variables
entered.
b.
Dependent Variable: larisprint100M
Model Summary
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.612a |
.374 |
.361 |
2.31976 |
a. Predictors:
(Constant), powerlengan
ANOVAb
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
154.417 |
1 |
154.417 |
28.695 |
.000a |
|
Residual |
258.303 |
48 |
5.381 |
|
|
|
Total |
412.719 |
49 |
|
|
|
a.
Predictors: (Constant), powerlengan
b.
Dependent Variable: larisprint100M
Coefficientsa
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
|
B |
Std.
Error |
Beta |
|||
1 (Constant) powerlengan |
25.069 -1.490 |
1.551 .278 |
-.612 |
16.166 -5.357 |
.000 .000 |
a. Dependent
Variable: larisprint100M
Lampiran 6.
Analisis Korelasi
CORRELATIONS
/VARIABLES=larisprint100M panjangtungkai powerotottungkai
powerlengan
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
Correlations
|
larisprint100M |
panjangtungkai |
powerotottungkai |
powerlengan |
|
larisprint100M |
Pearson
Correlation |
1 |
-.404** |
-.703** |
-.612** |
|
Sig. (2-tailed) |
|
.004 |
.000 |
.000 |
|
N |
50 |
50 |
50 |
50 |
Panjangtungkai |
Pearson Correlation |
-.404** |
1 |
.288* |
.408** |
|
Sig.
(2-tailed) |
.004 |
|
.042 |
.003 |
|
N |
50 |
50 |
50 |
50 |
Powerotottungkai |
Pearson Correlation |
-.703** |
.288* |
1 |
.632** |
|
Sig.
(2-tailed) |
.000 |
.042 |
|
.000 |
|
N |
50 |
50 |
50 |
50 |
Powerlengan |
Pearson Correlation |
-.612** |
.408** |
.632** |
1 |
|
Sig.
(2-tailed) |
.000 |
.003 |
.000 |
|
|
N |
50 |
50 |
50 |
50 |
**. Correlation is
significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is
significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 7.
Analisis Regresi Berganda
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT larisprint100M
/METHOD=ENTER panjangtungkai powerotottungkai powerlengan.
Regression
Variables
Entered/Removedb
Model |
Variables Entered |
Variables Removed |
Method |
1 |
powerlengan, panjangtungkai, powerotottungkaia |
. |
Enter |
a. All requested variables
entered.
b.
Dependent Variable: larisprint100M
Model Summary
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.751a |
.564 |
.536 |
1.97792 |
a. Predictors:
(Constant), powerlengan, panjangtungkai, powerotottungkai
ANOVAb
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
232.759 |
3 |
77.586 |
19.832 |
.000a |
|
Residual |
179.960 |
46 |
3.912 |
|
|
|
Total |
412.719 |
49 |
|
|
|
a.
Predictors: (Constant), powerlengan,
panjangtungkai, powerotottungkai
b.
Dependent Variable: larisprint100M
Coefficientsa
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
|
B |
Std. Error |
Beta |
|||
1 (Constant) |
36.274 |
5.712 |
|
6.350 |
.000 |
panjangtungkai |
-.107 |
.068 |
-.167 |
-1.561 |
.125 |
powerotottungkai |
-4.400 |
1.067 |
-.518 |
-4.123 |
.000 |
powerlengan |
-.526 |
.321 |
-.216 |
-1.639 |
.108 |
a. Dependent
Variable: larisprint100M
Lampiran 8. Surat
Izin Penelitian
![]() |
Lampiran 9. Kartu
bimbingan tugas akhir TAS
![]() |
Lampiran 10. Surat
Keterangan Kalibrasi Pita Pengukur
![]() |
Lanjutan Lampiran
10. Surat Keterangan Kalibrasi Rol Meter
![]() |
Lanjutan Lampiran
10. Surat Keterangan Kalibrasi Stopwatch
Lampiran 11.
Dokumentasi
DOKUMENTASI
![]() |
![]() |

Gambar 13. Posisi start jongkok lari
100 M
Gambar 15. Posisi siap Gambar 16. Posisi siap
![]() |
![]() |
Gambar 17. Lari 100 M Gambar
18. lari 100 M
Gambar
19. Pencarian spina illiaca anterior Gambar
20. Pengukuran panjang tungkai
![]() |
![]() |
Gambar 21. posisi
awal standing board jump
Gambar 22. standing
board jump
Gambar 23 Gambar 24
Gambar 23 & 24. Pengukuran standing board jump & power lengan,
jhonson test
![]() |
![]() |
Gambar
25. Posisi awal test power lengan Gambar
26. Tes power lengan, mendorong bola
![]() |
Foto Instrumen Atau Alat Yang Digunakan Pada Saat Pengambilan Data
Gambar 27. Peluit
Gambar 28. Pita
Pengukur
Gambar 29. Rol Meter
Komentar