BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pacu Jalur merupakan sebuah
perlombaan mendayung di sungai dengan menggunakan sebuah perahu panjang yang terbuat
dari kayu pohon. Panjang perahu ini bisa mencapai 25 hingga 40 meter dan lebar
bagian tengah kir-kira 1,3 m s/d 1,5 m, dalam bahasa penduduk setempat, kata
Jalur berarti Perahu. Setiap tahunnya, sekitar tanggal 23-26 Agustus, diadakan
Festival Pacu Jalur sebagai sebuah acara budaya masyarakat tradisional
Kabupaten Kuantan Singingi,Riau bersamaan dengan perayaan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia. pacu jalur juga menjadi salah satu cabang olahraga yang
rutin dipertandingkan di perhelatan SEA Games.
B.
Tujuan
Makalah ini disusun untuk mengenal
permainan Pacu Jalur
C.
Manfaat
·
Mengetahui
Sejarah permainan Pacu Jalur
·
Mengetahui
peraturan permainan Pacu Jalur
·
Mengetahui
Nilai Permainan Pacu Jalur
D.
Rumusan Masalah
·
Pengertian
Permainan Pacu Jalur
·
Sejarah
Permainan Pacu Jalur
·
Peraturan
permainan Pacu Jalur
· Nilai Budaya Permainan Pacu Jalur
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pacu Jalur
Pacu Jalur kata Jalur
berarti Perahu merupakan sebuah perlombaan mendayung di sungai dengan menggunakan
sebuah perahu panjang yang terbuat dari kayu pohon.
B. Sejarah
Permainan Pacu Jalur
Kuantan Singingi adalah
sebuah daerah yang secara administratif termasuk dalam Provinsi Riau. Daerahnya
banyak memiliki sungai. Kondisi geografis yang demikian, pada gilirannya
membuat sebagian besar masyarakatnya memerlukan jalur1 sebagai alat
transportasi Kemudian, muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti
ukiran kepala ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun
selembayung-nya. Selain itu, ditambah lagi dengan perlengkapan payung,
tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai
(tempat juru mudi berdiri). Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan
fungsi jalur menjadi tidak sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan
identitas sosial. Sebab, hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk
saja yang mengendarai jalur berhias itu. Perkembangan selanjutnya (kurang lebih
100 tahun kemudian), jalur tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi dan
simbol status sosial seseorang, tetapi diadu kecepatannya melalui sebuah lomba.
Dan, lomba itu oleh masyarakat stempat disebut sebagai “pacu jajur”.
Pada
awalnya pacu jalur diselenggarakan di kampung-kampung di sepanjang Sungai
Kuantan untuk memperingati hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW,
Idul Fitri, atau Tahun Baru 1 Muharam. Ketika itu setiap perlombaan tidak
selalu diikuti dengan pemberian hadiah. Artinya, ada kampung yang menyediakan
hadiah dan ada yang tidak menyediakannya. Lomba yang tidak menyediakan hadiah
diakhiri dengan acara makan bersama. Adapun jenis makanannya adalah makanan
tradisional setempat, seperti: konji, godok, lopek, paniaran, lida kambing, dan
buah golek. Sedangkan, lomba yang berhadiah, penyelenggara mesti menyediakan
empat buah marewa2 yang ukurannya berbeda-beda. Juara I memperoleh ukuran yang
besar dan juara IV memperoleh ukuran yang paling kecil. Namun, dewasa ini
hadiah tidak lagi berupa marewa tetapi berupa hewan ternak (sapi, kerbau, atau
kambing).
C. Peraturan
Permainan Pacu Jalur
Ø Pemain
Pacu jalur hanya
dilakukan oleh para laki-laki yang berusia antara 15--40 tahun secara beregu.
Setiap regu jumlah anggotanya antara 40--60 orang (bergantung dari ukuran
jalur). Anggota sebuah jalur disebut anak pacu, terdiri atas: tukang kayu,
tukang concang (komandan, pemberi aba-aba), tukang pinggang (juru mudi), tukang
onjai (pemberi irama di bagian kemudi dengan cara menggoyang-goyangkan badan)
dan tukang tari yang membantu tukang onjai memberi tekanan yang seimbang agar
jalur berjungkat-jungkit secara teratur dan berirama. Selain pemain, dalam
lomba pacu jalur juga ada wasit dan juri yang bertugas mengawasi jalannya
perlombaan dan menetapkan pemenang.
Ø Tempat Permainan
Pacu jalur biasanya dilakukan di Sungai Batang Kuantan. Sebagaimana telah dikatakan di atas, Sungai Batang Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu dan Kecamatan Cerenti di hilir, telah digunakan sebagai jalur pelayaran jalur sejak awal abad ke-17. Dan, di sungai ini pulalah perlombaan pacu jalur pertama kali dilakukan. Sedangkan, arena lomba pacu jalur bentuknya mengikuti aliran Sungai Batang Kuantan, dengan panjang lintasan sekitar 1 km yang ditandai dengan tiga tiang pancang.
Ø Peralatan
Permainan
Peralatan
permainan dalam pacu jalur, tentu saja adalah jalur yang dibuat dari batang
kayu utuh, tanpa dibelah-belah, dipotong-potong atau disambung-sambung. Panjang
jalur antara 25--30 meter, dengan lebar ruang bagian tengah 11,25 meter.
Bagian-bagian jalur terdiri atas: (1) luan (haluan); (2) talingo (telinga
depan); (3) panggar (tempat duduk); (4) pornik (lambung); (5) ruang timbo
(tempat menimba air); (6) talingo belakang; (7) kamudi (tempat pengemudi); (8)
lambai-lambai/selembayung (pegangan tukan onjor); (9) pandaro (bibit jalur);
(10) ular-ular (tempat duduk pedayung); (11) selembayung (ujung jalur berukir);
dan (13) panimbo (gayung air). Jalur dilengkapi pula dengan sebuah dayung untuk
setiap pemain.
Bagian
selembayung dan pinggir badan jalur biasanya berukir dan diberi warna semarak.
Motifnya bermacam-macam seperti: sulur-suluran, geometris, ombak, buruk dan
bahkan pesawat terbang. Tiap-tiap jalur mempunyai nama seperti: Naga Sakti,
Gajah Tunggal, Rawang Udang, Kompe Berangin, Bomber, Pelita, Orde Baru, Raja
Kinantan, Kibasan Nago Liar, Singa Kuantan Sungai Pinang, Dayung Serentak,
Keramat Jati, Panggogar Alam, Tuah di Kampuang Godang di Rantau, Ratu Dewa dan
lain-lain. Tujuan dari pengukiran, pewarnaan dan pemberian nama pada setiap
jalur tersebut adalah agar dapat “tampil beda” dari yang lain.
Ø Aturan
Permainan
Pacu
jalur dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu: (1) pacu antarbanjar atau
dusun; (2) pacu antardesa atau kelurahan; dan (3) pacu antarkecamatan yang ada
di wilayah Kuantan Sengingi. Aturan dalam ketiga tingkatan perlombaan pacu
jalur tersebut tergolong mudah, yaitu regu jalur yang dapat mencapai garis
finish terlebih dahulu dari regu lain, dinyatakan sebagai pemenangnya.
Pertandingan pacu jalur biasanya dilakukan dengan dua sistem yaitu: setengah kompetisi
dan sistem gugur untuk menentukan pemenang pertama hingga keempat dan sepuluh
besar.
Ø Jalan
Nya Permainan
Perlombaan, baik
antardusun, antardesa, maupun antarkecamatan, diawali dengan membunyikan
meriam. Meriam digunakan karena apabila memakai peluit tidak akan terdengar
oleh peserta lomba, mengingat luasnya arena pacu dan banyaknya penonton yang
menyaksikan perlombaan. Pada dentuman pertama jalur-jalur yang telah ditentukan
urutannya akan berjejer di garis start dengan anggota setiap regu telah berada
di dalam jalur. Pada dentuman kedua, mereka akan berada dalam posisi siap
(berjaga-jaga) untuk mengayuh dayung. Dan, setelah wasit membunyikan meriam
untuk yang ketika kalinya, maka setiap regu akan bergegas mendayung melalui
jalur lintasan yang telah ditentukan. Sebagai catatan, ukuran dan kapasitas
jalur serta jumlah anak pacunya (peserta) dalam lomba ini tidak dipersoalkan,
karena ada anggapan bahwa penentu kemenangan sebuah jalur lebih banyak
ditentukan dari kekuatan magis yang ada pada kayu yang dijadikan jalur dan
kekuatan kesaktian sang pawang dalam “mengendalikan” jalur.
Dalam pertandingan jalur, apabila menerapkan sistem gugur, maka peserta yang kalah tidak boleh turut bermain kembali. Sedangkan para pemenangnya akan diadu kembali untuk mendapatkan pemenang utama. Namun apabila menggunakan sistem setengah kompetisi, setiap regu akan bermain beberapa kali dan pada akhirnya regu yang selalu menang hingga perlombaan terakhir akan menjadi juaranya
D. Nilai Budaya Permainan Pacu Jalur
Nilai budaya yang terkandung dalam
pacu jalur adalah: kerja keras, ketangkasan, keuletan, kerja sama dan
sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang
berusaha agar jalurnya dapat mendahului jalur regu lain. Nilai ketangkasan dan
keuletan tercermin dari teknik-teknik yang dilakukan oleh anggota sebuah regu
dalam menjalankan jalur agar dapat melaju dengan cepat dan tidak tenggelam.
Nilai kerja sama tercermin dari anggota regu yang berusaha bersama-sama
mengendalikan jalur agar dapat melaju cepat dan memenangkan perlombaan. Nilai
sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat
curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan
lapang dada. (ali gufron).
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Pacu Jalur merupakan sebuah
perlombaan mendayung di sungai dengan menggunakan sebuah perahu panjang yang
terbuat dari kayu pohon, pacu jalur juga menjadi salah satu cabang olahraga
yang rutin dipertandingkan di perhelatan SEA Games. Pacu jalur hanya dilakukan
oleh para laki-laki yang berusia antara 15--40 tahun secara beregu. Setiap regu
jumlah anggotanya antara 40--60 orang (bergantung dari ukuran jalur).
Komentar