Mahpud Yusuf
Npm :14520212
Zeri Ahmad Fauzi
Npm : 14520399
Kelas 3 B
SEJARAH
PENCAK SILAT
Sejarah adalah segala
kegiatan manusia dan segala kejadian yang ada hubungannya dengan kegiatan
manusia sehingga mempunyai akibat adanya perbuatan politik, sosial, ekonomi,
dan Kebudayaan dan semuanya di tinjau dari sudut perkembangannya (adanya saling
hubungan antara manusia, tempat dan waktu). Sejarah berasal dari kata “sajarah”
istilah Arab artinya pohon, keturunan, silsilah asal-usul, jadi sejarah semula berarti
riwayat keturunan, lama kelamaan mengandung arti yang lebih luas yakni
“rangkaian peristiwa-peristiwa penting yang mempunyai hubungan sebab akibat dan
membawa perubahan-perubahan bagi kehidupan manusia”. Dengan mengetahui sejarah
diharapkan seseorang lebih memiliki dan mencintai serta berusaha terus untuk
menjaga kelestarian pusaka karuhun warisan leluhur nenek moyang bangsa
Indonesia yang kini dikenal Pencak Silat. Berdasarkan catatan, Aliran Pencak
Silat tertua di Nusantara terdapat di Jawa Barat yaitu Aliran Cimande yang
berpusat di Kampung Tarikolot Desa Lemah Duhur Kabupaten Bogor, yang
dikembangkan oleh Eyang Kaher ( Embah Kair ), kemudian disusul dengan Aliran
Syahbandar yang dikembangkan oleh muridnya yang bernama Mochamad Kosim (dikenal
dengan sebutan Mama Syahbandar) orang Purwakarta, dikembangkan di Daerah Pagar
Ruyung Tanah Datar Sumatera Barat, Mochamad Kosim lahir pada Tahun 1776 dan
Wafat pada Tahun 1880, ( makamnya di Wanayasa, Purwakarta).Kemudian Cimande
dikembangkan di Jakarta oleh murid-muridnya Embah Kair yaitu Raden Ateng
Alimudin, Bang Ma’ruf, juga Bang Madi yang mengembangkan di Tanjung Priok,
kemudian dikenal dengan Aliran Madi. dan Bang Kari yang mengembangkan di
Kampung Karet Tanah Abang, sehingga dikenal Aliran Kari. Selain itu, Raden H.
Ibrahim yang berguru kepada Raden Ateng Alimudin, Bang Ma’ruf, Bang Madi dan
Bang Kari, mengembangkan Pencak Silat di daerah Cikalong Cianjur Jawa Barat,
kemudian dikenal dengan Aliran Cikalong ( RH. Ibrahim lahir Tahun 1816 dan
wafat 1906). Aliran Pamacan dan Pamonyet muncul karena gerakannya yang
menyerupai gerak-gerak Harimau (Macan) dan Kera (Monyet), sedangkan Aliran
Cikaret ( Cikeruhan ) dikembangkan diantaranya oleh Kyai Haji Raden Dani
Maulana Isya Syaif, dan selain itu juga Aliran Timbangan yang dikembangkan di
Daerah Jawa Barat/ Tatar Sunda, dikenal Timbangan karena gerakan tersebut penuh
dengan pertimbangan dan ini merupakan rumusan dari para Tokoh Persilatan
diantaranya Raden Anta Kusuma dan Raden Enoch Atmadibrata. Sejak dari pejajahan
Belanda, kemudian di lanjutkan dengan pendudukan Jepang, peranan Pencak Silat
sangat besar sekali sebagai ilmu Beladiri dan sebagai alat perjuangan untuk
merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
PERKEMBANGAN
PENCAK SILAT DI INDONESIA
Mengingat betapa besar
dan pentingnya peranan Pencak Silat didalam sejarah Perjuangan Kemerdekaan
Indonesia, maka dibentuk Organisasi Pencak Silat yang bersifat Nasional yang
dapat mengikat Aliran-aliran maupun Perguruan-perguruan Pencak Silat dan
memupuk kehidupan dan perkembangan Pencak Silat di seluruh Indonesia. Pada
tanggal 18 mei 1948 di Kota Solo / Surakarta di bentuk Ikatan Pencak Silat
Seluruh Indonesia disingkat IPSSI, kemudian pada tanggal 23 desember 1950 nama
Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia di rubah menjadi Ikatan Pencak Silat
Indonesia disingkat IPSI dan sebagai Ketua Umum Mr. Wongsonegoro serta Wakil
Ketua Umum SP. Paku Alam VIII. Pada tahun 1952 Lembaga Pencak Silat terbentuk
dibawah Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K) dengan
tugas sebagai berikut :
Menghimpun bahan-bahan
tentang Pencak Silat
Memberi pelajaran Pencak
Silat kepada para penggemarnya
Sejak PON I sampai dangan
PON VII tahun 1969 Pencak Silat hanya merupakan salah satu cabang olahraga yang
di perlombakan dan didemontrasikan saja, namun pada PON VIII tahun 1973 di
Jakarta Pencak Silat mulai di pertandingkan. Pencak Silat mulai melebarkan
sayapnya di luar kawasan rumpun melayu sejak didirikannya Persekutuan Pencak
Silat Antarbangsa (PERSILAT) oleh 3 negara yaitu Singapore, Malaysia, dan
Indonesia pada tanggal 11 maret 1980 dan sebagai Ketua Presidium PERSILAT
terpilih Bapak H.Eddie M.Nalapraya, kemudian Pencak Silat mulai dapat
dipertandingkan dalam SEA GAME yaitu September 1987 pada SEA GAME ke XIV. dan
sekarang sudah menyebar dikawasan Benua Eropa, Amerika, Australia.
PENGERTIAN
PENCAK SILAT
Pencak Silat sebagai
salah satu unsur budaya yang bersumber dari bumi Indonesia khususnya rumpun
Melayu, maka Pencak Silat jelas mempunyai peranan dan andil yang cukup besar
didalam memupuk cinta kepada tanah air dan sebagai bagian dari Ketahanan
Nasional.
Pencak Silat mengandung 4
(empat) Aspek Utama, yaitu :
1. Aspek Mental Spiritual
2. Aspek Beladiri
3. Aspek Seni Budaya
4. Aspek Olahraga
Sehingga apabila kita
ingin mempelajari Pencak Silat secara utuh maka aspek tersebut tidak dapat
dipisah-pisahkan satu sama lain, tetapi merupakan satu kesatuan dan apabila
kita berbicara / mempelajari salah satu aspeknya maka aspek yang lain akan
terkait seperti di uraikan berikut : Manusia sebagai makhluk sosial
menginginkan falsafah moral dan etika bagi kehidupan yang ideal, yang ditegakan
dengan membina Kemahiran Beladiri, cinta kepada Seni dan gemar pada Olahraga. Dengan
mempelajari Beladiri, akan membina mental / moral yang lebih baik serta
mencitai Seni dan Olagraga. Dengan Seni Pencak Silat sekaligus dapat terbina
moral dan etika yang mengandung juga unsur Beladiri dan Olahraga. Dengan
Olahraga akan menimbulkan jiwa / moral yang sehat, dapat membeladiri serta
mengandung unsur-unsur Seni.
Dari uraian di atas di
dapat pengertian :
Pencak adalah gerak dasar
Beladiri yang terikat pada peraturan dan di gunakan dalam belajar, latihan dan
pertunjukan. Silat adalah gerak Beladiri yang sempurna, yang bersumber pada
kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama,
menghindarkan diri / manusia dari bala atau bencana. Pencak Silat adalah hasil
budidaya manusia Indonesia untuk membela / mempertahankan eksistensi
(kemandirian) dan (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup / alam sekitarnya
untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha esa.
Pencak silat atau silat
adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela
diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura,
Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran berbagai suku
bangsa Nusantara.
Berkat peranan para
pelatih asal Indonesia, kini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang
tangguh. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di
berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat), yang
dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Pencak silat adalah
olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Ada pengaruh budaya
Cina, agama Hindu, Budha, dan Islam dalam pencak silat. Biasanya setiap daerah
di Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misalnya, daerah Jawa
Barat terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran
Merpati Putih dan di Jawa Timur ada aliran Perisai Diri
Setiap empat tahun di
Indonesia ada pertandingan pencak silat tingkat nasional dalam Pekan Olahraga
Nasional. Pencak silat juga dipertandingkan dalam SEA Games sejak tahun 1987.
Di luar Indonesia juga ada banyak penggemar pencak silat seperti di Australia,
Belanda, Jerman, dan Amerika.
Di tingkat nasional
olahraga melalui permainan dan olahraga pencak silat menjadi salah satu alat
pemersatu nusantara, bahkan untuk mengharumkan nama bangsa, dan menjadi
identitas bangsa. Olahraga pencak silat sudah dipertandingkan di skala
internasional. Di Indonesia banyak sekali aliran-aliran dalam pencak silat,
dengan banyaknya aliran ini menunjukkan kekayaan budaya masyarakat yang ada di
Indonesia dengan nilai-nilai yang ada di dalamnya.
Sejarah Pencak Silat –
Nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan
untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari
tantangan alam. Mereka menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang
yang ada di alam sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau, ular, atau burung
elang. Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan juga berkembang
dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan
menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku
Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar. Silat
diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan
tetapi asal mulanya belum dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan
besar, seperti Sriwijaya dan Majapahit disebutkan memiliki pendekar-pendekar
besar yang menguasai ilmu bela diri dan dapat menghimpun prajurit-prajurit yang
kemahirannya dalam pembelaan diri dapat diandalkan. Peneliti silat Donald F.
Draeger berpendapat bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari
berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta
pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi
Prambanan dan Borobudur. Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata dan
seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja,
melainkan juga pada hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan
Indonesia. Sementara itu Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat
pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak
awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh
pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya.
Pencak silat telah
dikenal oleh sebagian besar masyarakat rumpun Melayu dalam berbagai nama. Di
semenanjung Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal dengan nama alirannya
yaitu gayong dan cekak. Di Thailand, pencak silat dikenal dengan nama bersilat,
dan di Filipina selatan dikenal dengan nama pasilat. Dari namanya, dapat
diketahui bahwa istilah “silat” paling banyak menyebar luas, sehingga diduga bahwa
bela diri ini menyebar dari Sumatera ke berbagai kawasan di rantau Asia
Tenggara.
Tradisi silat diturunkan
secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid,
sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah
silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain.
Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek) diciptakan oleh Datuk
Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad ke-11.
Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh
Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat mengenai asal mula silat aliran
Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan yang mencontoh gerakan pertarungan
antara harimau dan monyet. Setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan
(pendekar) yang dibanggakan, misalnya Prabu Siliwangi sebagai tokoh pencak
silat Sunda Pajajaran, Hang Tuah panglima Malaka, Gajah Mada mahapatih
Majapahit[butuh rujukan] dan Si Pitung dari Betawi.
Perkembangan silat secara
historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum
penyebar agama Islam pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat
diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat
menjadi bagian dari latihan spiritual.
Dalam budaya beberapa suku bangsa di Indonesia, pencak silat merupakan
bagian tak terpisahkan dalam upacara adatnya. Misalnya kesenian tari Randai
yang tak lain adalah gerakan silek Minangkabau kerap ditampilkan dalam berbagai
perhelatan dan acara adat Minangkabau. Dalam prosesi pernikahan adat Betawi
terdapat tradisi “palang pintu”, yaitu peragaan silat Betawi yang dikemas dalam
sebuah sandiwara kecil. Acara ini biasanya digelar sebelum akad nikah, yaitu
sebuah drama kecil yang menceritakan rombongan pengantin pria dalam
perjalanannya menuju rumah pengantin wanita dihadang oleh jawara (pendekar)
kampung setempat yang dikisahkan juga menaruh hati kepada pengantin wanita.
Maka terjadilah pertarungan silat di tengah jalan antara jawara-jawara penghadang
dengan pendekar-pendekar pengiring pengantin pria yang tentu saja dimenangkan
oleh para pengawal pengantin pria.
Silat lalu berkembang
dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela
negara untuk menghadapi penjajah asing. Dalam sejarah perjuangan melawan
penjajah Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat senjata, seperti
Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro,
Teuku Umar, Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih,
Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia.
Silat saat ini telah
diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para
penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai
kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai
daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang
juga mengembangkan beladiri ini.
Menyadari pentingnya
mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat
yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di
seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI) Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional tertua di
dunia.
Pada 11 Maret 1980,
Persatuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) didirikan atas prakarsa Eddie M.
Nalapraya (Indonesia), yang saat itu menjabat ketua IPSI. Acara tersebut juga
dihadiri oleh perwakilan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Keempat negara itu termasuk Indonesia, ditetapkan sebagai pendiri Persilat.
Beberapa organisasi silat
nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia,
Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat
Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam
(PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di
Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang
olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA
Games.
Pencak silat diperkirakan
menyebar di Kepulauan Nusantara pada abad ke-7 Masehi. Saat ini, pencak silat
telah diakui sebagai budaya suku Melayu, yaitu para penduduk daerah pesisir
Pulau Sumatra dan Semenanjung Malaka, serta kelompok etnik lainnya yang
menggunakan lingua franca bahasa Melayu.
Di berbagai daerah di
pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi, telah mengembangkan silat
tradisional.
Penyebaran agama Islam
pada abad ke-14 di Nusantara telah diajarkan bersamaan dengan silat. Silat
berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat yang menjadi bagian dari
latihan spiritual.
Selanjutnya, perkembangan
silat didorong oleh para ahli beladiri dari keraton serta para pendekar silat
lainnya, yang legenda kehebatan ilmunya banyak tersebar di seantero wilayah
nusantara. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka
meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 merupakan pendekar silat yang
terhebat.
Seni beladiri pencak
silat mengandung beberapa aspek nilai, antara lain sebagai berikut:
a. Mental spiritual
Pencak silat membangun
dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang.
b. Seni budaya
Budaya dan permainan
"seni" pencak silat merupakan salah satu aspek yang sangat penting.
Istilah pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat
dengan musik dan busana tradisional.
c. Beladiri
Kepercayaan dan ketekunan
diri sangat penting dalam menguasai ilmu beladiri pencak silat. Istilah silat,
cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis beladiri pencak silat.
d. Olahraga
Aspek fisik dalam pencak
silat sangat penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh.
Kompetisi merupakan bagian aspek ini. Aspek olahraga meliputi pertandingan dan
demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda, maupun regu.
Pencak silat merupakan
warisan budaya bangsa Indonesia yang sudah tumbuh dan berkembang ke manca
negara. Walau sejarah tidak bisa menunjukkan secara pasti kapan lahirnya pencak
silat, namun pencak silat sudah lahir di bumi pertiwi sejak peradaban manusia.
Sejak jaman pra sejarah sudah lahir ilmu
beladiri yang sederhana guna mempertahankan hidup dari ganasnya alam.
Pada jaman
kerajaan-kerajaan beladiri berkembang sebagai alat berkuasa, baik
mempertahankan kerajaannya maupun untuk menyerang lawan. Tahun 1019-1041
istilah pencak silat mulai muncul sejak kerajaan Kahuripan dengan nama “Eh Hok
Hik”. Pada jaman penjajahan peran pencak silat sangat besar dalam membantu
pertahanan negara untuk mengusir penjajah.
Seni bela diri ini secara
luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan,
dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran suku bangsa Melayu Nusantara.
Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, kini Vietnam juga telah memiliki
pesilat-pesilat yang tangguh. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah
Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi
federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak
Silat Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura,
Malaysia dan Brunei Darussalam.
Pencak silat adalah
olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi.Ada pengaruh budaya Cina,
agama Hindu, Budha, dan Islam dalam pencak silat.Biasanya setiap daerah di
Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misalnya, daerah Jawa Barat
terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran Merpati
Putih dan di Jawa Timur ada aliran Perisai Diri.Setiap empat tahun di Indonesia
ada pertandingan pencak silat tingkat nasional dalam Pekan Olahraga Nasional.
Pencak silat juga dipertandingkan dalam SEA Games sejak tahun 1987. Di luar
Indonesia juga ada banyak penggemar pencak silat seperti di Australia, Belanda,
Jerman, dan Amerika.
Di tingkat nasional
olahraga melalui permainan dan olahraga pencak silat menjadi salah satu alat
pemersatu nusantara, bahkan untuk mengharumkan nama bangsa, dan menjadi
identitas bangsa.Olahraga pencak silat sudah dipertandingkan di skala
internasional. Di Indonesia banyak sekali aliran-aliran dalam pencak silat,
dengan banyaknya aliran ini menunjukkan kekayaan budaya masyarakat yang ada di
Indonesia dengan nilai-nilai yang ada didalamnya.
Pertumbuhan dan
perkembangan pencak silat pada jaman kemerdekaan amat pesat, dengan
terbentuknya wadah organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) tahun 1948.
Pada tanggal 11 Maret 1980 IPSI didukung tiga negara Malaysia, Singapura, dan
Brunai Darusalam membentuk Federasi Pencak Silat Internasional disebut PERSILAT
(Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa), dan tahun 1987 untuk pertama kali
pencak silat secara resmi masuk Sea Games XIV. Keberhasilan pencak silat
menjadi cabang olahraga di Sea Games, memacu PB IPSI untuk melakukan eksibisi
di Asian Games XIV Busan Korea Selatan. Tidak hanya berhenti disitu saja pencak
silat telah mengadakan Kejuaraan Dunia ke-11 kali, dan perkembangan terakhir
anggota PERSILAT mencapai 46 negara yang tersebar di benua Asia, Eropa,
Australia, Amerika, dan Amerika.
Pencak silat merupakan
warisan budaya bangsa Indonesia yang sudah tumbuh dan berkembang ke manca
negara. Walau sejarah tidak bisa menunjukkan secara pasti kapan lahirnya pencak
silat, namun pencak silat sudah lahir di bumi pertiwi sejak peradaban manusia.
Sejak jaman pra sejarah sudah lahir ilmu
beladiri yang sederhana guna mempertahankan hidup dari ganasnya alam.
Pada jaman
kerajaan-kerajaan beladiri berkembang sebagai alat berkuasa, baik
mempertahankan kerajaannya maupun untuk menyerang lawan. Tahun 1019-1041
istilah pencak silat mulai muncul sejak kerajaan Kahuripan dengan nama “Eh Hok
Hik”. Pada jaman penjajahan peran pencak silat sangat besar dalam membantu
pertahanan negara untuk mengusir penjajah.
Pertumbuhan dan
perkembangan pencak silat pada jaman kemerdekaan amat pesat, dengan terbentuknya
wadah organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) tahun 1948. Pada tanggal
11 Maret 1980 IPSI didukung tiga negara Malaysia, Singapura, dan Brunai
Darusalam membentuk Federasi Pencak Silat Internasional disebut PERSILAT
(Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa), dan tahun 1987 untuk pertama kali
pencak silat secara resmi masuk Sea Games XIV. Keberhasilan pencak silat
menjadi cabang olahraga di Sea Games, memacu PB IPSI untuk melakukan eksibisi
di Asian Games XIV Busan Korea Selatan. Tidak hanya berhenti disitu saja pencak
silat telah mengadakan Kejuaraan Dunia ke-11 kali, dan perkembangan terakhir
anggota PERSILAT mencapai 46 negara yang tersebar di benua Asia, Eropa,
Australia, Amerika, dan Amerika.
Pencak silat merupakan
warisan asli budaya bangsa Indonesia, yang terdiri dari berbagai
perguruan/aliran pencak silat. Sejarah
lahirnya pencak silat tidak diketahui secara pasti, namun beladiri pencak silat
dimungkinkan sudah ada di tanah air sejak peradaban manusia di Indonesia.
Menurut Notosoejitno (1999: 4-6) perkembangan sejarah
pencak silat dapat di bagi menjadi dua jaman, yang terdiri dari:
1. Jaman Pra Sejarah
2. Jaman Sejarah, di bagi
menjadi lima yaitu: (a) Jaman Kerajaan-Kerajaan, (b) Jaman Kerajaan Islam, (c)
Jaman Penjajahan Belanda, (d) Jaman Penjajahan Jepang, dan (e) Jaman
Kemerdekaan
Pada jaman pra sejarah belum ada istilah pencak silat,
namun pada jaman ini manusia purba sudah mengenal pembelaan diri dalam arti
untuk mempertahankan hidup. Hal ini sangat dibutuhkan mereka karena pada jaman
itu manusia dapat bertahan hidup bila mereka dapat mengatasi
rintangan-rintangan alam yang ganas, hidup di hutan belantara dan selalu
berhadapan dengan berbagai binatang besar yang buas. Tantangan yang paling berbahaya tersebut
adalah serangan dari binatang buas yang hidup di hutan-hutan.
Ganasnya alam yang menatang pada saat itu, memaksa mereka harus membela diri dengan
tangan kosong dan perlengkapan yang sederhana. Perjuangan hidup tersebut
membuat mereka dapat bertahan untuk
hidup. Lahirnya beladiri pada saat itu belum ada nama, namun itu
merupakan naluri mereka untuk bertahan hidup.
JAMAN KERAJAAN-KERAJAAN
Perkembangan jaman terus berputar, maka muncullah ilmu
beladiri yang bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan maupun daerah pada saat
jaman kerajaan-kerajaan baik di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, sampai
dengan daerah Semenanjung Melayu. Mereka menciptakan bela diri (jurus-jurus)
dengan meniru gerakan binatang yang berada di lingkungan alam sekitarnya.
Gerakan-gerakan yang diciptakan juga disesuaikan dengan
alam sekitarnya yang berbukit-bukit, dan berbatuan. Misalnya jurus yang
diciptakan meniru gerakan harimau, kera, ular, dan burung. Oleh karena kondisi
lingkungan yang berbukit dan berbatuan, maka gerakannya banyak lompatan/ loncatan.
Orang-orang yang hidup di pegunungan biasa berdiri, bergerak, berjalan dengan
langkah kedudukan kaki yang kuat untuk menjaga agar tidak mudah jatuh selama
bergerak di tanah yang tidak rata. Biasanya menciptakan beladiri yang mempunyai
ciri khas kuda-kuda yang kokoh tidak banyak bergerak. Sedangkan gerakan tangan
lebih lincah, banyak ragamnya dan ampuh daya gunanya.
Penduduk yang hidup di daerah berawa, tanah datar, padang
rumput biasa berjalan bergegas, lari, sehingga gerakan kakinya menjadi lincah.
Mereka menciptakan beladiri yang lebih banyak memanfaatkan kaki sebagai alat
beladiri. Akhirnya setiap daerah mempunyai beladiri yang khas dan berbeda
dengan daerah lainnya, sehingga timbullah aliran beladiri beraneka ragam.
Pada jaman kerajaan beladiri sudah
di kenal untuk keamanan serta untuk memperluas wilayah kerajaan dalam melawan
kerajaan yang lainnya. Pada jaman ini kerajaan yang mempunyai prajurit kuat dan
tangguh, maka mereka mempunyai wilayah jajahan yang luas. Prajurit yang
mempunyai ilmu beladiri tinggi maka ia akan mendapat jabatan yang tinggi pula (
patih ).
Kerajaan-kerajaan
pada waktu itu seperti: Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram, Kediri, Singasari, Sriwijaya, dan
Majapahit mempunyai prajurit yang dibekali ilmu beladiri untuk mempertahankan
wilayahnya.
Bahkan dua Kerajaan Sriwijaya dan
Kerajaan Majapahit keduanya mempunyai pasukan kuat beserta armada lautnya
sehingga terkenal sampai keluar wilayah nusantara. Tahun 671 Kerajaan Sriwijaya
mengembangkan wilayahnya sampai ke Melayu, tetapi setelah menurunnya kekuasaan
kerajaan Sriwijaya pada abad 7-12, maka mulai abad 13 muncullah kerajaan islam
Samudra Pasai (Notosoejitno, 1999: 15). Abad 16 Samudra Pasai mencapai
puncaknya sampai ke Malaka, namun demikian istilah beladiri pencak silat belum
ada.
Baru tahun
1019-1041 pada jaman kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Erlangga dari
Sidoarjo, sudah mengenal ilmu beladiri pencak dengan nama “Eh Hok Hik”, yang
artinya “Maju Selangkah Memukul”
(Notosoejitno, 1999: 15). Prabu Erlangga ini merupakan pendekar ulung yang
mempunyai ilmu beladiri yang tinggi, oleh karenanya raja, bangsawan, kesatria,
prajurit pada waktu itu wajib belajar beladiri. Pada saat itu prajurit yang
memiiliki ilmu beladiri tinggi, maka semakin tinggi pula kedudukannya.
JAMAN KERAJAAN ISLAM
Pada jaman
kerajaan Islam perdagangan dan pelayaran internasional sudah berlangsung
sehingga para pedagang dan saudagar dari negara-negara Arab, Cina, serta Asia
Timur banyak berdatangan di Indonesia. Mereka selain berdagang juga pertukaran
kebudayaan sehingga memungkinkan pencak silat sebagai budaya bangsa kita dibawa
ke luar negeri, namun demikian juga terjadi asimilasi beladiri yang dibawa oleh
para saudagar.
Perdagangan dan pelayaran
internasional ini sudah dilakukan sejak kerajaan islam yang dipimpin oleh Bani
Umayah, dengan Asia Timur pada Dinasti Tang dari Cina. Bahkan pada jaman
kerajaan Sriwijaya wilayah perdagangannya selain di negara-negara Asia Tenggara
sampai ke Asia Timur.
Beberapa deretan pendekar dan pahlawan yang mahir pencak
silat adalah ; Patih Gajah Mada, Para Wali Songo (Maulana Malik Ibrahim, Sunan
Ngampel, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus,
Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati). Adapun para raja yang tangguh adalah:
Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Cik Ditiro, Teuku Umar,
dan Imam Bonjol. Sedang pendekar wanitanya adalah: Sabai Nan Putih, dan Cut
Nyak Din.
JAMAN PENJAJAHAN
Pada jaman penjajahan pencak silat dipelajari oleh
punggawa kerajaan, kesultanan, dan para pejuang untuk menghadapi penjajah.
Perkembangan sejarah pencak silat pada
jaman penjajahan di bagi menjadi dua, yaitu:
1. Jaman Penjajahan Belanda
2. Jaman Penjajahan Jepang
Pada jaman penjajahan Belanda pencak silat
diajarkan secara rahasia dan sembunyi-sembunyi, karena takut diketahui oleh
penjajah. Kaum penjajah khawatir bila kemahiran pencak silat tersebut akhirnya
digunakan untuk melawan mereka. Kekhawatiran itu memang beralasan, karena
hampir semua pahlawan bangsa seperti: Cik Ditiro, Imam Bonjol, Fatahillah,
Pangeran Diponegoro, adalah pendekar silat. Oleh karena itu banyak
perguruan-perguruan pencak silat yang tumbuh tanpa diketahui oleh penjajah,
bahkan sebagian menjadi perkumpulan rahasia.
Notosoejitno (2001: 1) menyatakan bahwa dilihat dari
sosok, profil atau tampilan pencak silat
di Indonesia ada tiga, yaitu:
1. Pencak silat asli (original), ialah pencak silat yang
berasal dari lokal dan masyarakat etnis di Indonesia.
2. Pencak silat bukan asli yang sebagian besar berasal dari
Kung Fu, Karate dan Jujitsu.
3. Pencak silat campuran, ialah campuran antara pencak silat
asli dan bukan asli (beladiri asing). Pencak silat bukan asli adalah beladiri
dari asing yang ingin bergabung dengan nama pencak silat termasuk peraturan AD dan ART disesuaikan
dengan IPSI.
Pencak silat juga
dipelajari oleh banyak kaum pergerakan politik termasuk beberapa organisasi
kepanduan nasional. Dengan diam-diam perguruan pencak silat berhasil memupuk
kekuatan yang siap untuk melawan penjajah sewaktu-waktu. Bagi kaum pergerakan
yang ditangkap oleh penjajah dan dibuang secara diam-diam, mereka menyebarkan
beladiri pencak silat di tempat pembuangan. Namun penjajah Belanda mempunyai
politik yang ampuh dalam memecah belah antar suku bangsa atau aliran pencak
silat (devide et impera ).
Lain halnya pada
penjajahan Jepang pencak silat dibebaskan untuk berkembang, namun dibalik itu
dimanfaatkan demi kepentingan Jepang untuk menghadapi sekutu. Bahkan anjuran
Shimitzu diadakan pemusatan tenaga aliran pencak silat di seluruh Jawa secara
serentak yang diatur oleh pemerintah
di Jakarta. Namun pada waktu itu tidak
disetujui diciptakannya pencak silat olahraga yang diusulkan oleh para pembina
pencak silat untuk senam pagi di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan akan
menyaingi senam Taisho Jepang yang
dipakai senam setiap pagi hari.
JAMAN KEMERDEKAAN
Sebelum Indonesia
merdeka pencak silat ikut andil dalam perjuangan bangsa dalam melawan penjajah
baik Belanda maupun penjajah Jepang. Hal ini dibuktikan pada masa penjajahan
sudah banyak bermunculan nama-nama perguruan/aliran pencak silat yang bertujuan
untuk membekali pejuang dalam melawan penjajah.
Kemahiran ilmu
beladiri pencak silat ini terus dipupuk guna melawan penjajah secara gerilya
pada jaman kemerdekaan. Perguruan-perguruan pencak silat pada waktu itu sibuk
untuk menggembleng tentara dan rakyat, di samping itu pesantren-pesantren,
gereja-gereja, dan tempat-tempat ibadah selain untuk beribadah juga digunakan
untuk latihan beladiri pencak silat. Sebagai contoh perang fisik bulan Nopember
tahun 1945 di Surabaya dalam melawan sekutu, banyak menampilkan pejuang yang
gagah perwira dari Pondok Pesantren Tebu Ireng, Gontor, dan Jamsaren (Atok
Iskandar, 1999: 12).
Dari hasil yang
diperoleh para pemimpin bangsa dan para pendekar pada waktu itu menyadari bahwa
pelajaran pencak silat berhasil memupuk semangat juang dan menggalang
persaudaraan yang erat. Oleh karena itu setelah proklamasi kemerdekaan tahun
1945 dimana Belanda melancarkan lagi agresinya dua kali, maka pencak silat
dimanfaatkan lagi secara maksimal guna menghadapi serangan Belanda.
Pada masa
pemberontakan politik PKI Madiun, dan Darul Islam atau DI/TII, kemahiran
beladiri pencak silat digunakan lagi dengan strategi Pagar Betis, yaitu
pengepungan pemberontak oleh para tentara bersama rakyat yang telah dibekali
ilmu beladiri. Pada jaman kemerdekaan ini perkembangan pencak silat dibagi
menjadi lima periode yang meliputi : (1) Periode Perintisan, (2) Periode
Konsolidasi dan Pemantapan, (3) Periode Pengembangan, dan (4) Periode
Pembinaan.
*Sumber : http://adirs019.blogspot.co.id/2016_11_01_archive.html
Komentar