Makalah Sejarah Pencak Silat di indonesia


Mahpud Yusuf
Npm :14520212
Zeri Ahmad Fauzi
Npm : 14520399
Kelas 3 B
SEJARAH PENCAK SILAT
Sejarah adalah segala kegiatan manusia dan segala kejadian yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga mempunyai akibat adanya perbuatan politik, sosial, ekonomi, dan Kebudayaan dan semuanya di tinjau dari sudut perkembangannya (adanya saling hubungan antara manusia, tempat dan waktu). Sejarah berasal dari kata “sajarah” istilah Arab artinya pohon, keturunan, silsilah asal-usul, jadi sejarah semula berarti riwayat keturunan, lama kelamaan mengandung arti yang lebih luas yakni “rangkaian peristiwa-peristiwa penting yang mempunyai hubungan sebab akibat dan membawa perubahan-perubahan bagi kehidupan manusia”. Dengan mengetahui sejarah diharapkan seseorang lebih memiliki dan mencintai serta berusaha terus untuk menjaga kelestarian pusaka karuhun warisan leluhur nenek moyang bangsa Indonesia yang kini dikenal Pencak Silat. Berdasarkan catatan, Aliran Pencak Silat tertua di Nusantara terdapat di Jawa Barat yaitu Aliran Cimande yang berpusat di Kampung Tarikolot Desa Lemah Duhur Kabupaten Bogor, yang dikembangkan oleh Eyang Kaher ( Embah Kair ), kemudian disusul dengan Aliran Syahbandar yang dikembangkan oleh muridnya yang bernama Mochamad Kosim (dikenal dengan sebutan Mama Syahbandar) orang Purwakarta, dikembangkan di Daerah Pagar Ruyung Tanah Datar Sumatera Barat, Mochamad Kosim lahir pada Tahun 1776 dan Wafat pada Tahun 1880, ( makamnya di Wanayasa, Purwakarta).Kemudian Cimande dikembangkan di Jakarta oleh murid-muridnya Embah Kair yaitu Raden Ateng Alimudin, Bang Ma’ruf, juga Bang Madi yang mengembangkan di Tanjung Priok, kemudian dikenal dengan Aliran Madi. dan Bang Kari yang mengembangkan di Kampung Karet Tanah Abang, sehingga dikenal Aliran Kari. Selain itu, Raden H. Ibrahim yang berguru kepada Raden Ateng Alimudin, Bang Ma’ruf, Bang Madi dan Bang Kari, mengembangkan Pencak Silat di daerah Cikalong Cianjur Jawa Barat, kemudian dikenal dengan Aliran Cikalong ( RH. Ibrahim lahir Tahun 1816 dan wafat 1906). Aliran Pamacan dan Pamonyet muncul karena gerakannya yang menyerupai gerak-gerak Harimau (Macan) dan Kera (Monyet), sedangkan Aliran Cikaret ( Cikeruhan ) dikembangkan diantaranya oleh Kyai Haji Raden Dani Maulana Isya Syaif, dan selain itu juga Aliran Timbangan yang dikembangkan di Daerah Jawa Barat/ Tatar Sunda, dikenal Timbangan karena gerakan tersebut penuh dengan pertimbangan dan ini merupakan rumusan dari para Tokoh Persilatan diantaranya Raden Anta Kusuma dan Raden Enoch Atmadibrata. Sejak dari pejajahan Belanda, kemudian di lanjutkan dengan pendudukan Jepang, peranan Pencak Silat sangat besar sekali sebagai ilmu Beladiri dan sebagai alat perjuangan untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.


PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI INDONESIA

Mengingat betapa besar dan pentingnya peranan Pencak Silat didalam sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, maka dibentuk Organisasi Pencak Silat yang bersifat Nasional yang dapat mengikat Aliran-aliran maupun Perguruan-perguruan Pencak Silat dan memupuk kehidupan dan perkembangan Pencak Silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 mei 1948 di Kota Solo / Surakarta di bentuk Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia disingkat IPSSI, kemudian pada tanggal 23 desember 1950 nama Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia di rubah menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia disingkat IPSI dan sebagai Ketua Umum Mr. Wongsonegoro serta Wakil Ketua Umum SP. Paku Alam VIII. Pada tahun 1952 Lembaga Pencak Silat terbentuk dibawah Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K) dengan tugas sebagai berikut :
Menghimpun bahan-bahan tentang Pencak Silat
Memberi pelajaran Pencak Silat kepada para penggemarnya
Sejak PON I sampai dangan PON VII tahun 1969 Pencak Silat hanya merupakan salah satu cabang olahraga yang di perlombakan dan didemontrasikan saja, namun pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta Pencak Silat mulai di pertandingkan. Pencak Silat mulai melebarkan sayapnya di luar kawasan rumpun melayu sejak didirikannya Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (PERSILAT) oleh 3 negara yaitu Singapore, Malaysia, dan Indonesia pada tanggal 11 maret 1980 dan sebagai Ketua Presidium PERSILAT terpilih Bapak H.Eddie M.Nalapraya, kemudian Pencak Silat mulai dapat dipertandingkan dalam SEA GAME yaitu September 1987 pada SEA GAME ke XIV. dan sekarang sudah menyebar dikawasan Benua Eropa, Amerika, Australia.

PENGERTIAN PENCAK SILAT

Pencak Silat sebagai salah satu unsur budaya yang bersumber dari bumi Indonesia khususnya rumpun Melayu, maka Pencak Silat jelas mempunyai peranan dan andil yang cukup besar didalam memupuk cinta kepada tanah air dan sebagai bagian dari Ketahanan Nasional.
Pencak Silat mengandung 4 (empat) Aspek Utama, yaitu :
1. Aspek Mental Spiritual
2. Aspek Beladiri
3. Aspek Seni Budaya
4. Aspek Olahraga

Sehingga apabila kita ingin mempelajari Pencak Silat secara utuh maka aspek tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, tetapi merupakan satu kesatuan dan apabila kita berbicara / mempelajari salah satu aspeknya maka aspek yang lain akan terkait seperti di uraikan berikut : Manusia sebagai makhluk sosial menginginkan falsafah moral dan etika bagi kehidupan yang ideal, yang ditegakan dengan membina Kemahiran Beladiri, cinta kepada Seni dan gemar pada Olahraga. Dengan mempelajari Beladiri, akan membina mental / moral yang lebih baik serta mencitai Seni dan Olagraga. Dengan Seni Pencak Silat sekaligus dapat terbina moral dan etika yang mengandung juga unsur Beladiri dan Olahraga. Dengan Olahraga akan menimbulkan jiwa / moral yang sehat, dapat membeladiri serta mengandung unsur-unsur Seni.

Dari uraian di atas di dapat pengertian :
Pencak adalah gerak dasar Beladiri yang terikat pada peraturan dan di gunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan. Silat adalah gerak Beladiri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri / manusia dari bala atau bencana. Pencak Silat adalah hasil budidaya manusia Indonesia untuk membela / mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup / alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha esa.
Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran berbagai suku bangsa Nusantara.

Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, kini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Ada pengaruh budaya Cina, agama Hindu, Budha, dan Islam dalam pencak silat. Biasanya setiap daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misalnya, daerah Jawa Barat terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran Merpati Putih dan di Jawa Timur ada aliran Perisai Diri
Setiap empat tahun di Indonesia ada pertandingan pencak silat tingkat nasional dalam Pekan Olahraga Nasional. Pencak silat juga dipertandingkan dalam SEA Games sejak tahun 1987. Di luar Indonesia juga ada banyak penggemar pencak silat seperti di Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika.
Di tingkat nasional olahraga melalui permainan dan olahraga pencak silat menjadi salah satu alat pemersatu nusantara, bahkan untuk mengharumkan nama bangsa, dan menjadi identitas bangsa. Olahraga pencak silat sudah dipertandingkan di skala internasional. Di Indonesia banyak sekali aliran-aliran dalam pencak silat, dengan banyaknya aliran ini menunjukkan kekayaan budaya masyarakat yang ada di Indonesia dengan nilai-nilai yang ada di dalamnya.
Sejarah Pencak Silat – Nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam. Mereka menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang yang ada di alam sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau, ular, atau burung elang. Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar. Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya dan Majapahit disebutkan memiliki pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu bela diri dan dapat menghimpun prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan diri dapat diandalkan. Peneliti silat Donald F. Draeger berpendapat bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi Prambanan dan Borobudur. Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata dan seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia. Sementara itu Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya.

Pencak silat telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat rumpun Melayu dalam berbagai nama. Di semenanjung Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal dengan nama alirannya yaitu gayong dan cekak. Di Thailand, pencak silat dikenal dengan nama bersilat, dan di Filipina selatan dikenal dengan nama pasilat. Dari namanya, dapat diketahui bahwa istilah “silat” paling banyak menyebar luas, sehingga diduga bahwa bela diri ini menyebar dari Sumatera ke berbagai kawasan di rantau Asia Tenggara.

Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek) diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad ke-11. Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat mengenai asal mula silat aliran Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan (pendekar) yang dibanggakan, misalnya Prabu Siliwangi sebagai tokoh pencak silat Sunda Pajajaran, Hang Tuah panglima Malaka, Gajah Mada mahapatih Majapahit[butuh rujukan] dan Si Pitung dari Betawi.

Perkembangan silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama Islam pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual.  Dalam budaya beberapa suku bangsa di Indonesia, pencak silat merupakan bagian tak terpisahkan dalam upacara adatnya. Misalnya kesenian tari Randai yang tak lain adalah gerakan silek Minangkabau kerap ditampilkan dalam berbagai perhelatan dan acara adat Minangkabau. Dalam prosesi pernikahan adat Betawi terdapat tradisi “palang pintu”, yaitu peragaan silat Betawi yang dikemas dalam sebuah sandiwara kecil. Acara ini biasanya digelar sebelum akad nikah, yaitu sebuah drama kecil yang menceritakan rombongan pengantin pria dalam perjalanannya menuju rumah pengantin wanita dihadang oleh jawara (pendekar) kampung setempat yang dikisahkan juga menaruh hati kepada pengantin wanita. Maka terjadilah pertarungan silat di tengah jalan antara jawara-jawara penghadang dengan pendekar-pendekar pengiring pengantin pria yang tentu saja dimenangkan oleh para pengawal pengantin pria.

Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing. Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat senjata, seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia.

Silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini.
Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.
Pada 11 Maret 1980, Persatuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) didirikan atas prakarsa Eddie M. Nalapraya (Indonesia), yang saat itu menjabat ketua IPSI. Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Keempat negara itu termasuk Indonesia, ditetapkan sebagai pendiri Persilat.
Beberapa organisasi silat nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
Pencak silat diperkirakan menyebar di Kepulauan Nusantara pada abad ke-7 Masehi. Saat ini, pencak silat telah diakui sebagai budaya suku Melayu, yaitu para penduduk daerah pesisir Pulau Sumatra dan Semenanjung Malaka, serta kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu.

Di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi, telah mengembangkan silat tradisional.

Penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara telah diajarkan bersamaan dengan silat. Silat berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat yang menjadi bagian dari latihan spiritual.

Selanjutnya, perkembangan silat didorong oleh para ahli beladiri dari keraton serta para pendekar silat lainnya, yang legenda kehebatan ilmunya banyak tersebar di seantero wilayah nusantara. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 merupakan pendekar silat yang terhebat.
Seni beladiri pencak silat mengandung beberapa aspek nilai, antara lain sebagai berikut:
a.   Mental spiritual
Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang.
b.   Seni budaya
Budaya dan permainan "seni" pencak silat merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Istilah pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat dengan musik dan busana tradisional.
c.   Beladiri
Kepercayaan dan ketekunan diri sangat penting dalam menguasai ilmu beladiri pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis beladiri pencak silat.
d.   Olahraga
Aspek fisik dalam pencak silat sangat penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi merupakan bagian aspek ini. Aspek olahraga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda, maupun regu.
Pencak silat merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang sudah tumbuh dan berkembang ke manca negara. Walau sejarah tidak bisa menunjukkan secara pasti kapan lahirnya pencak silat, namun pencak silat sudah lahir di bumi pertiwi sejak peradaban manusia. Sejak jaman pra sejarah sudah lahir  ilmu beladiri yang sederhana guna mempertahankan hidup dari ganasnya alam.

Pada jaman kerajaan-kerajaan beladiri berkembang sebagai alat berkuasa, baik mempertahankan kerajaannya maupun untuk menyerang lawan. Tahun 1019-1041 istilah pencak silat mulai muncul sejak kerajaan Kahuripan dengan nama “Eh Hok Hik”. Pada jaman penjajahan peran pencak silat sangat besar dalam membantu pertahanan negara untuk mengusir penjajah.

Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran suku bangsa Melayu Nusantara. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, kini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi.Ada pengaruh budaya Cina, agama Hindu, Budha, dan Islam dalam pencak silat.Biasanya setiap daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misalnya, daerah Jawa Barat terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran Merpati Putih dan di Jawa Timur ada aliran Perisai Diri.Setiap empat tahun di Indonesia ada pertandingan pencak silat tingkat nasional dalam Pekan Olahraga Nasional. Pencak silat juga dipertandingkan dalam SEA Games sejak tahun 1987. Di luar Indonesia juga ada banyak penggemar pencak silat seperti di Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika.

Di tingkat nasional olahraga melalui permainan dan olahraga pencak silat menjadi salah satu alat pemersatu nusantara, bahkan untuk mengharumkan nama bangsa, dan menjadi identitas bangsa.Olahraga pencak silat sudah dipertandingkan di skala internasional. Di Indonesia banyak sekali aliran-aliran dalam pencak silat, dengan banyaknya aliran ini menunjukkan kekayaan budaya masyarakat yang ada di Indonesia dengan nilai-nilai yang ada didalamnya.

Pertumbuhan dan perkembangan pencak silat pada jaman kemerdekaan amat pesat, dengan terbentuknya wadah organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) tahun 1948. Pada tanggal 11 Maret 1980 IPSI didukung tiga negara Malaysia, Singapura, dan Brunai Darusalam membentuk Federasi Pencak Silat Internasional disebut PERSILAT (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa), dan tahun 1987 untuk pertama kali pencak silat secara resmi masuk Sea Games XIV. Keberhasilan pencak silat menjadi cabang olahraga di Sea Games, memacu PB IPSI untuk melakukan eksibisi di Asian Games XIV Busan Korea Selatan. Tidak hanya berhenti disitu saja pencak silat telah mengadakan Kejuaraan Dunia ke-11 kali, dan perkembangan terakhir anggota PERSILAT mencapai 46 negara yang tersebar di benua Asia, Eropa, Australia, Amerika, dan Amerika.
Pencak silat merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang sudah tumbuh dan berkembang ke manca negara. Walau sejarah tidak bisa menunjukkan secara pasti kapan lahirnya pencak silat, namun pencak silat sudah lahir di bumi pertiwi sejak peradaban manusia. Sejak jaman pra sejarah sudah lahir  ilmu beladiri yang sederhana guna mempertahankan hidup dari ganasnya alam.
Pada jaman kerajaan-kerajaan beladiri berkembang sebagai alat berkuasa, baik mempertahankan kerajaannya maupun untuk menyerang lawan. Tahun 1019-1041 istilah pencak silat mulai muncul sejak kerajaan Kahuripan dengan nama “Eh Hok Hik”. Pada jaman penjajahan peran pencak silat sangat besar dalam membantu pertahanan negara untuk mengusir penjajah.
Pertumbuhan dan perkembangan pencak silat pada jaman kemerdekaan amat pesat, dengan terbentuknya wadah organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) tahun 1948. Pada tanggal 11 Maret 1980 IPSI didukung tiga negara Malaysia, Singapura, dan Brunai Darusalam membentuk Federasi Pencak Silat Internasional disebut PERSILAT (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa), dan tahun 1987 untuk pertama kali pencak silat secara resmi masuk Sea Games XIV. Keberhasilan pencak silat menjadi cabang olahraga di Sea Games, memacu PB IPSI untuk melakukan eksibisi di Asian Games XIV Busan Korea Selatan. Tidak hanya berhenti disitu saja pencak silat telah mengadakan Kejuaraan Dunia ke-11 kali, dan perkembangan terakhir anggota PERSILAT mencapai 46 negara yang tersebar di benua Asia, Eropa, Australia, Amerika, dan Amerika.
Pencak silat merupakan warisan asli budaya bangsa Indonesia, yang terdiri dari berbagai perguruan/aliran  pencak silat. Sejarah lahirnya pencak silat tidak diketahui secara pasti, namun beladiri pencak silat dimungkinkan sudah ada di tanah air sejak peradaban manusia di Indonesia.
            Menurut Notosoejitno (1999: 4-6) perkembangan sejarah pencak silat dapat di bagi menjadi dua jaman, yang terdiri dari:
1.  Jaman Pra Sejarah
2. Jaman Sejarah, di bagi menjadi lima yaitu: (a) Jaman Kerajaan-Kerajaan, (b) Jaman Kerajaan Islam, (c) Jaman Penjajahan Belanda, (d) Jaman Penjajahan Jepang, dan (e) Jaman Kemerdekaan
            Pada jaman pra sejarah belum ada istilah pencak silat, namun pada jaman ini manusia purba sudah mengenal pembelaan diri dalam arti untuk mempertahankan hidup. Hal ini sangat dibutuhkan mereka karena pada jaman itu manusia dapat bertahan hidup bila mereka dapat mengatasi rintangan-rintangan alam yang ganas, hidup di hutan belantara dan selalu berhadapan dengan berbagai binatang besar yang buas.  Tantangan yang paling berbahaya tersebut adalah serangan dari binatang buas yang hidup di hutan-hutan.
            Ganasnya alam yang menatang pada saat itu,  memaksa mereka harus membela diri dengan tangan kosong dan perlengkapan yang sederhana. Perjuangan hidup tersebut membuat mereka dapat bertahan untuk  hidup. Lahirnya beladiri pada saat itu belum ada nama, namun itu merupakan naluri mereka untuk bertahan hidup.

JAMAN KERAJAAN-KERAJAAN
            Perkembangan jaman terus berputar, maka muncullah ilmu beladiri yang bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan maupun daerah pada saat jaman kerajaan-kerajaan baik di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, sampai dengan daerah Semenanjung Melayu. Mereka menciptakan bela diri (jurus-jurus) dengan meniru gerakan binatang yang berada di lingkungan alam sekitarnya.
            Gerakan-gerakan yang diciptakan juga disesuaikan dengan alam sekitarnya yang berbukit-bukit, dan berbatuan. Misalnya jurus yang diciptakan meniru gerakan harimau, kera, ular, dan burung. Oleh karena kondisi lingkungan yang berbukit dan berbatuan, maka gerakannya banyak lompatan/ loncatan. Orang-orang yang hidup di pegunungan biasa berdiri, bergerak, berjalan dengan langkah kedudukan kaki yang kuat untuk menjaga agar tidak mudah jatuh selama bergerak di tanah yang tidak rata. Biasanya menciptakan beladiri yang mempunyai ciri khas kuda-kuda yang kokoh tidak banyak bergerak. Sedangkan gerakan tangan lebih lincah, banyak ragamnya dan ampuh daya gunanya.
            Penduduk yang hidup di daerah berawa, tanah datar, padang rumput biasa berjalan bergegas, lari, sehingga gerakan kakinya menjadi lincah. Mereka menciptakan beladiri yang lebih banyak memanfaatkan kaki sebagai alat beladiri. Akhirnya setiap daerah mempunyai beladiri yang khas dan berbeda dengan daerah lainnya, sehingga timbullah aliran beladiri  beraneka ragam.
           Pada jaman kerajaan beladiri sudah di kenal untuk keamanan serta untuk memperluas wilayah kerajaan dalam melawan kerajaan yang lainnya. Pada jaman ini kerajaan yang mempunyai prajurit kuat dan tangguh, maka mereka mempunyai wilayah jajahan yang luas. Prajurit yang mempunyai ilmu beladiri tinggi maka ia akan mendapat jabatan yang tinggi pula ( patih ).
             Kerajaan-kerajaan pada waktu itu seperti: Kerajaan Kutai, Tarumanegara,   Mataram, Kediri, Singasari, Sriwijaya, dan Majapahit mempunyai prajurit yang dibekali ilmu beladiri untuk mempertahankan wilayahnya.
       Bahkan dua Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit keduanya mempunyai pasukan kuat beserta armada lautnya sehingga terkenal sampai keluar wilayah nusantara. Tahun 671 Kerajaan Sriwijaya mengembangkan wilayahnya sampai ke Melayu, tetapi setelah menurunnya kekuasaan kerajaan Sriwijaya pada abad 7-12, maka mulai abad 13 muncullah kerajaan islam Samudra Pasai (Notosoejitno, 1999: 15). Abad 16 Samudra Pasai mencapai puncaknya sampai ke Malaka, namun demikian istilah beladiri pencak silat belum ada.
               Baru tahun 1019-1041 pada jaman kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Erlangga dari Sidoarjo, sudah mengenal ilmu beladiri pencak dengan nama “Eh Hok Hik”, yang artinya  “Maju Selangkah Memukul” (Notosoejitno, 1999: 15). Prabu Erlangga ini merupakan pendekar ulung yang mempunyai ilmu beladiri yang tinggi, oleh karenanya raja, bangsawan, kesatria, prajurit pada waktu itu wajib belajar beladiri. Pada saat itu prajurit yang memiiliki ilmu beladiri tinggi, maka semakin tinggi pula kedudukannya.

JAMAN KERAJAAN ISLAM
              Pada jaman kerajaan Islam perdagangan dan pelayaran internasional sudah berlangsung sehingga para pedagang dan saudagar dari negara-negara Arab, Cina, serta Asia Timur banyak berdatangan di Indonesia. Mereka selain berdagang juga pertukaran kebudayaan sehingga memungkinkan pencak silat sebagai budaya bangsa kita dibawa ke luar negeri, namun demikian juga terjadi asimilasi beladiri yang dibawa oleh para saudagar.
Perdagangan dan pelayaran internasional ini sudah dilakukan sejak kerajaan islam yang dipimpin oleh Bani Umayah, dengan Asia Timur pada Dinasti Tang dari Cina. Bahkan pada jaman kerajaan Sriwijaya wilayah perdagangannya selain di negara-negara Asia Tenggara sampai ke Asia Timur.
            Beberapa deretan pendekar dan pahlawan yang mahir pencak silat adalah ; Patih Gajah Mada, Para Wali Songo (Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ngampel, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati). Adapun para raja yang tangguh adalah: Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Cik Ditiro, Teuku Umar, dan Imam Bonjol. Sedang pendekar wanitanya adalah: Sabai Nan Putih, dan Cut Nyak Din.

JAMAN PENJAJAHAN
            Pada jaman penjajahan pencak silat dipelajari oleh punggawa kerajaan, kesultanan, dan para pejuang untuk menghadapi penjajah. Perkembangan sejarah pencak silat pada  jaman penjajahan di bagi menjadi dua, yaitu:
1.         Jaman Penjajahan Belanda
2.         Jaman Penjajahan Jepang
              Pada jaman penjajahan Belanda pencak silat diajarkan secara rahasia dan sembunyi-sembunyi, karena takut diketahui oleh penjajah. Kaum penjajah khawatir bila kemahiran pencak silat tersebut akhirnya digunakan untuk melawan mereka. Kekhawatiran itu memang beralasan, karena hampir semua pahlawan bangsa seperti: Cik Ditiro, Imam Bonjol, Fatahillah, Pangeran Diponegoro, adalah pendekar silat. Oleh karena itu banyak perguruan-perguruan pencak silat yang tumbuh tanpa diketahui oleh penjajah, bahkan sebagian menjadi perkumpulan rahasia. 
            Notosoejitno (2001: 1) menyatakan bahwa dilihat dari sosok, profil atau tampilan  pencak silat di Indonesia ada tiga, yaitu:
1.         Pencak silat asli (original), ialah pencak silat yang berasal dari lokal dan masyarakat etnis di Indonesia.
2.         Pencak silat bukan asli yang sebagian besar berasal dari Kung Fu, Karate dan Jujitsu.
3.         Pencak silat campuran, ialah campuran antara pencak silat asli dan bukan asli (beladiri asing). Pencak silat bukan asli adalah beladiri dari asing yang ingin bergabung dengan nama pencak silat  termasuk peraturan AD dan ART disesuaikan dengan IPSI.
              Pencak silat juga dipelajari oleh banyak kaum pergerakan politik termasuk beberapa organisasi kepanduan nasional. Dengan diam-diam perguruan pencak silat berhasil memupuk kekuatan yang siap untuk melawan penjajah sewaktu-waktu. Bagi kaum pergerakan yang ditangkap oleh penjajah dan dibuang secara diam-diam, mereka menyebarkan beladiri pencak silat di tempat pembuangan. Namun penjajah Belanda mempunyai politik yang ampuh dalam memecah belah antar suku bangsa atau aliran pencak silat (devide et impera ).  
               Lain halnya pada penjajahan Jepang pencak silat dibebaskan untuk berkembang, namun dibalik itu dimanfaatkan demi kepentingan Jepang untuk menghadapi sekutu. Bahkan anjuran Shimitzu diadakan pemusatan tenaga aliran pencak silat di seluruh Jawa secara serentak  yang diatur oleh pemerintah di  Jakarta. Namun pada waktu itu tidak disetujui diciptakannya pencak silat olahraga yang diusulkan oleh para pembina pencak silat untuk senam pagi di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan akan menyaingi  senam Taisho Jepang yang dipakai senam setiap pagi hari.                

JAMAN  KEMERDEKAAN
              Sebelum Indonesia merdeka pencak silat ikut andil dalam perjuangan bangsa dalam melawan penjajah baik Belanda maupun penjajah Jepang. Hal ini dibuktikan pada masa penjajahan sudah banyak bermunculan nama-nama perguruan/aliran pencak silat yang bertujuan untuk membekali pejuang dalam melawan penjajah.
              Kemahiran ilmu beladiri pencak silat ini terus dipupuk guna melawan penjajah secara gerilya pada jaman kemerdekaan. Perguruan-perguruan pencak silat pada waktu itu sibuk untuk menggembleng tentara dan rakyat, di samping itu pesantren-pesantren, gereja-gereja, dan tempat-tempat ibadah selain untuk beribadah juga digunakan untuk latihan beladiri pencak silat. Sebagai contoh perang fisik bulan Nopember tahun 1945 di Surabaya dalam melawan sekutu, banyak menampilkan pejuang yang gagah perwira dari Pondok Pesantren Tebu Ireng, Gontor, dan Jamsaren (Atok Iskandar, 1999: 12).
               Dari hasil yang diperoleh para pemimpin bangsa dan para pendekar pada waktu itu menyadari bahwa pelajaran pencak silat berhasil memupuk semangat juang dan menggalang persaudaraan yang erat. Oleh karena itu setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945 dimana Belanda melancarkan lagi agresinya dua kali, maka pencak silat dimanfaatkan lagi secara maksimal guna menghadapi serangan Belanda.
              Pada masa pemberontakan politik PKI Madiun, dan Darul Islam atau DI/TII, kemahiran beladiri pencak silat digunakan lagi dengan strategi Pagar Betis, yaitu pengepungan pemberontak oleh para tentara bersama rakyat yang telah dibekali ilmu beladiri. Pada jaman kemerdekaan ini perkembangan pencak silat dibagi menjadi lima periode yang meliputi : (1) Periode Perintisan, (2) Periode Konsolidasi dan Pemantapan, (3) Periode Pengembangan, dan (4) Periode Pembinaan.



*Sumber : http://adirs019.blogspot.co.id/2016_11_01_archive.html

Komentar